Moeldoko Beberkan Deretan Tantangan Pemilu 2019

Banyak tantangan yang dihadapi pada pelaksanaan Pemilu 2019. Apalagi tahun ini merupakan kali pertama pemilihan presiden dan anggota legislatif serentak.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 15 Jan 2019, 12:49 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 12:49 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai mengisi acara di Malang, Jawa Timur (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak tantangan yang dihadapi pada pelaksanaan Pemilu 2019. Apalagi tahun ini merupakan kali pertama pemilihan presiden dan anggota legislatif serentak pada 17 April 2019 mendatang.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal Purnawirawan TNI Moeldoko dalam pidatonya yang dibacakan Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani membeberkan tantangan Pemilu 2019. Meskipun pemilu bagi bangsa Indonesia bukan hal yang baru karena telah dilakukan sejak 1955.

"Pemilu kini memiliki tantangannya sendiri. Penataan sistem Pemilu serentak yang masih terus disempurnakan, pejabat, kelembagaan parpol, politik transaksional, dan rendahnya kepercayaan publik terharap integritas calon-calon politik masih menjadi tantangan harus diselesaikan," ucapnya pada pembukaan diskusi publik bertajuk 'Pemilu, Hoaks dan Penegakan Hukum' di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa (15/1/2019).

Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan tersendiri. Meski memiliki dampak positif di bidang komunikasi, teknologi informasi juga berdampak negatif dalam penyelenggaraan Pemilu.

Terutama, kata dia, dalam konteks banyaknya disinformasi, ujaran kebencian, dan konten-konten yang mengandung berita bohong yang bertebaran dan meresahkan, serta mengadu domba dan memecah belah. Oleh karena itu, kemunculan hoaks dan ujaran kebencian penting untuk diantisipasi.

"Hal ini agar masyarakat tidak terjebak dalam berita-berita politik yang tidak benar, yang juga berpotensi menjatuhkan kandidat-kandidat Pemilu, baik legislatif maupun eksekutif, sehingga bisa menciderai kehidupan demokrasi di Tanah Air," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga memberi contoh bagaimana hoaks berpengaruh signifikan dalam Pemilu Amerika Serikat beberapa tahun lalu.

Motif Uang

Menurutnya, saat itu banyak sekali situs yang dikelola relawan Donald Trump untuk menyerang lawan politik dengan hoaks dan konten negatif lainnya.

Lebih lanjut, mantan Panglima TNI itu menegaskan, berita bohong dan hoaks sebetulnya bukan hal baru di Indonesia. Namun yang menjadi hal baru adalah kombinasi unik antara algoritma medsos, sistem periklanan, dan orang-orang yang siap mengarang cerita dengan motif uang,

"Dan pemilu yang sedang berlangsung di suatu negara," ucapnya menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya