Rachmawati Sebut Megawati Makar, Puan: Jangan Saling Hujat

Menurut Puan, di bulan suci ramadan ini sebaiknya tidak mengeluarkan pernyataan yang menghujat. Dia berharap agar semua pihak mengeluarkan kata-kata yang positif.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 15 Mei 2019, 04:06 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 04:06 WIB
Ma'ruf Amin Datangi Megawati
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri ditemani anaknya, Puan Maharani menyambut kedatangan cawapres 01 Ma'ruf Amin di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Kamis (9/5/2019). Pertemuan Megawati dengan Ma'ruf ini merupakan silaturahmi antara pemimpin bangsa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Politikus PDIP Puan Maharani menanggapi pernyataan Rachmawati yang menyebut Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri melakukan makar. Megawati disebut melakukan makar di era Gus Dur.

Menurut dia, di bulan suci ramadan ini sebaiknya tidak mengeluarkan pernyataan yang menghujat. Dia berharap agar semua pihak mengeluarkan kata-kata yang positif.

"Jadi tidak usah di bulan ramadan yang suci ini kemudian saling menghujat, saling bicara yang tidak baik dan hawanya tidak positif," ujar Puan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Puan meminta agar seluruh pihak bersabar menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019. Putri Megawati itu mengatakan bahwa dalam setiap pesta demokrasi, menang dan kalah adalah hal yang biasa.

"Jadi harusnya kalau nanti kemudian tanggal 22 Mei itu kemudian ditentukan pemenangnya, ya harusnya semuanya bisa sama-sama legowo," katanya.

Beda Pandangan Politik

Sebagai informasi, Rachmawati merupakan adik dari Megawati. Namun, Rachmawati berbeda pandangan politik dengan sang kakak. Dalam Pilpres 2019, Rachmawati mendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga.

Rachmawati menyebut Megawati melakukan makar saat menjadi Wapres pendamping Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Hal itu disampaikannya saat mendengar nama Mayjen (Purn) Kivlan Zein dilaporkan dengan dugaan melakukan tindakan makar.

Rachmawati menceritakan bahwa saat Gus Dur menunjuk Jenderal Polisi (Purn) Chairuddin Ismail sebagai Kapolri, Megawati melakukan pembangkangan terhadap atasan dengan mengajukan Jenderal Polisi (Purn) Surojo Bimantoro. Akhirnya, hal itu menciptakan konflik di internal Polri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya