Ini Fokus Pelabuhan Batu Ampar yang Dikembangkan BP Batam

Tahap pengembangan selanjutnya adalah melakukan dredging (pengerukan) untuk bisa menerima kapal-kapal yang TEUsnya cukup besar,

oleh stella maris pada 30 Agu 2019, 17:50 WIB
Diperbarui 30 Agu 2019, 18:17 WIB
BP Batam
Seminar INAMARINE 2019 yang mengusung tema Suistanable Shipyard and Port Development di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (29/8).

 

Liputan6.com, Jakarta Ada beberapa konsep rencana pengembangan Pelabuhan Batu Ampar, di antaranya yaitu BTO (Build-Transfer-Operate). Konsep ini agar pemerintah menang di depan dan tidak menerima aset sisa.

Hal itu dikatakan oleh Anggota 3/Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Usaha Badan Pengusahaan (BP) Batam Dwianto Eko Winaryo, saat menjadi narasumber dalam seminar INAMARINE 2019 yang mengusung tema Suistanable Shipyard and Port Development di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (29/8).

Dwianto menambahkan, beberapa pelabuhan lain sudah menggunakan teknologi tinggi, alat bongkar muat yang juga lebih canggih. "Fokus Pelabuhan Batu Ampar adalah memaksimalkan container yard yang sebelumnya sudah ada. Kita mencoba untuk merelokasi dua gudang milik BUMN ke sisi utara, sehingga kami bisa memanfaatkan container yard yang ada di belakang gudang tersebut menjadi terbuka yang mencapai 10 hektar."

Ia juga menerangkan, tahap pengembangan selanjutnya adalah melakukan dredging (pengerukan) untuk bisa menerima kapal-kapal yang TEUsnya cukup besar, sehingga bisa menjadi efisiensi dan penambahan alat bongkar muat.

Saat ini sudah ada 2 HMC (Harbour Mobile Crane) yang sudah ada di sana dan ada 2 RTG (Rubber Tyred Gentry Crane) yang sudah beroperasi hasil dari kerjasama operasi (KSO) alat dengan Pelindo I.

Hingga Juni 2019 total TEUs di Pelabuhan Batu Ampar hampir mencapai 439.000 TEUs, dengan rincian 309.000 TEUs ada di Batu Ampar sedangkan sisanya berasal dari Pelabuhan Kabil dan tempat lainnya.

Dwianto berharap, ke depannya tahap pemaksimalan dermaga utara, khususnya konstruksi lama, dapat direvitalisasi bersama dengan dermaga timur dan selatan.

"Revitalisasi membutuhkan biaya cukup besar, sehingga skema-skema kerja sama ini harusnya dapat didorong. Kami memang sudah kehabisan waktu untuk melaksanakan dengan skema alternatif. Jadi kami melihat bahwa ada BUMN yang cukup punya kekuatan dana untuk membantu BP Batam mengembangkan ini secara cepat," kata Dwianto.

Sejauh ini pula, menurut Dwianto Eko Winaryo, BP Batam selalu intens membahasnya bersama Kementerian Keuangan terkait dengan administratif yang perlu disiapkan.

Selain Anggota 3/Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Usaha BP Batam, narasumber dalam seminar tersebut adalah Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia (HAPI) Wahyono Bimarso, Konsultan Bidang Maritim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Daniel M. Rosyid. 

 

(*)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya