Liputan6.com, Jakarta - Bagi Singapura, kesetaraan dan keadilan adalah hal paling fundamental yang harus dirasakan warganya, khususnya kelompok difabel. Tidak sekadar bagainana mereka bisa cakap menggunakan fasilitas publik, namun juga bisa menikmati seni.
"Kami perkenalkan Singapore Art Museum (SAM) Touch Collection, fungsinya untuk dapat bisa lebih menjangkau semua kalangan, termasuk difabel," kata Wang Tingting, Manager of Programmes SAM di Gallery of SAM Touch Collection, Singapura, Minggu (8/9/2918).
Baca Juga
Bersama Singapore International Foundation (SIF), Liputan6.com berkesempatan merasakan menjadi difabel, dalam hal ini pada kelompok tunanetra. Secara bergilir, ditampilkan dua karya seni yang masing-masing memiliki rasa berbeda saat dinikmati tunanetra.
Advertisement
Pertama berjudul Raising Spirit and Restoring Souls karya Zulkifle Mahmod. Menurut Wang, karya seni ini terbuat dari pipa besi dengan beragam ketebalan. Artinya, setiap pipa memiliki instrumen yang berbeda. Cara kerjanya, pipa itu dirancang sehingga ketika diketuk mengeluarkan suara yang berbeda.
"Tunanetra akan mendengar bunyi dari pertemuan antarpipa, dan mereka juga akan merakan getaran yang berbeda di tiap sisinya," jelas Wang.
Karya kedua bernama seni East and West oleh Justin Lee. Dijelaskan Wang, patung tersebut adalah medium patung pasukan perang kolosal dengan zirah yang dibalut sentuhan kontemporer, sehingga tunanetra dapat merasakan tiap lekuk patung tersebut lewat audio yang didengarnya.
Keterlibatan Pengunjung
Wang berharap adanya SAM Touch Collection menjadikan perspektif terhadap kelompok difabel lebih bisa merangkul tiap kalangan. Artinya, keterlibatan pengunjung dengan refleksi dan interaksi dapat menciptakan pengalaman yang aktif juga inklusif," Wang menandasi.
Advertisement