BNPB: Karhutla Hanya Bisa Padam pada Musim Hujan

BNPB menyebutkan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hanya akan padam pada musim penghujan. Kenapa?

oleh Yopi Makdori diperbarui 08 Okt 2019, 17:49 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2019, 17:49 WIB
Asap Karhutla Selimuti Pekanbaru
Pengendara motor menembus kabut asap pekat yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019). Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut menurunkan jarak pandang dan kualitas udara turun ke status tidak sehat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hanya akan padam pada musim penghujan.

"Akan bisa padam pada musim hujan. Karena, dengan hujan buatan, water boombing hanya membasahkan bagian atas. Sementara baranya ada yang sampai di kedalaman tujuh [meter] bahkan lebih," kata Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (8/10/2019).

Doni menyebutkan, hal itulah yang membuat BNPB merasa kesulitan dalam memadamkan karhutla yang berada di beberapa titik tersebut.

Ketebalan gambut di lahan dan hutan yang kebakar, menurut Doni ada yang mencapai hingga puluhan meter. Tebalnya gambut ini membuat api begitu sukar dimatikan.

Doni menyebutkan, meskipun selama ini BNPB dengan beberapa pihak telah bersinergi memadamkan api, namun hanya tidak mengurangi hotspot api secara signifikan. Karena ia melihat, tatkala api dipadamkan, dalam beberapa hari akan kembali muncul lagi.

"Kenapa terjadi? Karena ke dalam gambut kita ada yang lebih dari 10 meter, 20 meter. Bahkan ada beberapa tempat yang kedalamannya mencapai 36 meter," papar Doni soal karhutla.

Secara kodrati, menurut Doni gambut itu mudah terbakar. Karena gambut merupakan asal mula dari batubara. Jika kering, gambut itu seperti halnya batubara yang amat mudah terbakar dan baranya awet.

 

Bentuk Pokja

Padamkan Karhutla
Petugas pemadam kebakaran berupaya melakukan pemadaman di tengah pekatnya asap kebakaran di Kampar, provinsi Riau pada 17 September 2019. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih terjadi membuat sejumlah wilayah di Provinsi Riau terpapar kabut asap. (ADEK BERRY / AFP)

Karena sadar akan kesulitan untuk memadamkan karhutla, Doni menilai langkah paling paten untuk memadamkan karhutla ialah mencegahnya terjadi. Oleh sebab itu, pihaknya juga berencana untuk membentuk kelompok kerja (Pokja) pencegahan karhutla.

"Kita akan bentuk tim Pokja bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri kemudian juga para akademisi, dunia usaha termasuk juga teman-teman di daerah dan juga teman-teman media," ungkap Doni di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (8/10/2019).

Langkah itu, kata Doni juga sejalan dengan apa yang selama ini ditekankan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Jokowi, menurut Doni selama ini dalam pelbagai kesempatan kerap menekankan pentingnya pencegahan.

"Presiden dalam berbagai macam kesempatan pencegahan harys menjadi prioritas pencegahan harus dilakukan seoptimal mungkin. Karena pencegahan lebih baik dari penanggulangan," ujar Doni.

Doni mengungkapkan, tugas Pokja ini kedepannya ialah guna memberikan masukkan kepada BNPB untuk melakukan pencegahan. "Tim Pokja memberikan masukkan lengkap tadi seperti yang disampaikan Pak Wisnu dari akademisi ada, dari perguruan tinggi dari dunia usaha pakar-pakar di berbagai bidang, pakar gambut pakar hukum ya semuanya," ungkapnya.

Ia mengharapkan hasil dari Pokja itu akan memberikan masukan yang optimal bagi pencegahan karhutla di kemudian hari. "Dan juga sebagai bahan mungkin dalam memperbaiki dan menyempurnakan beberapa peraturan yang ada," ia mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya