Deretan Cerita Kriminal Menggegerkan Sepanjang 2019

Sejumlah kasus kriminal terjadi selama 2019. Bahkan, beberapa di antaranya sempat membuat geger dan menjadi perhatian masyarakat.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 26 Des 2019, 08:01 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 08:01 WIB
Ilustrasi garis polisi (AP/Eric Risberg)
Ilustrasi garis polisi (AP/Eric Risberg)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kasus kriminal terjadi selama 2019. Bahkan, beberapa di antaranya sempat membuat geger dan menjadi perhatian masyarakat.

Misalnya saja kasus pembunuhan yang dilakukan Aulia Kesuma (AK) terhadap suami dan anak tirinya pada Agustus 2019 lalu. Selain AK, ada juga kasus penemuan mayat dalam koper di hutan pinus, kawasan Bogor, Jawa Barat.

Hingga kini, polisi belum berhasil mengungkap identitas dari korban. Alhasil, kasusnya pun belum terungkap.

Cerita lainnya datang dari Garut, Jawa Barat. Warga di wilayah tersebut sempat digegerkan dengan beredarnya sebuah video mesum 3 In 1.  Awalnya, ada dua video dewasa dengan nama "Vina Garut" yang beredar mempertontonkan aksi ranjang dengan tiga pelaku laki-laki dan satu perempuan.

Seiring berjalannya penyidikan, polisi menemukan ratusan video mesum yang dilakukan oleh pelaku yang sama. 

Berikut beberapa cerita kriminal sepanjang 2019 yang dihimpun Liputan6.com:

Simak video pilihan berikut ini:

Istri Sewa Pembunuh Bayaran, Bunuh Ayah dan Anak Tiri

Aulia Kesuma Rekonstruksi Pembakaran Jasad Suami dan Anak Tiri
Tersangka Aulia Kesuma saat mengikuti rekonstruksi kasus istri bunuh dan bakar suami serta anak tiri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (9/9/2019). Aulia dan model yang memerankan tersangka Kelvin memeragakan tiga adegan pembakaran korban di dalam mobil. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Warga kampung Bondol, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat geger dengan temuan dua jenazah yang hangus di dalam minibus bernomor polisi B 2983 SZH yang terbakar pada Minggu 25 Agustus 2019.

Jenazah ditemukan di bagian jok belakang mobil. Kondisi tidak bisa dikenali dengan tangan terikat. Polisi memastikan dua jasad di Toyota Calya B 2983 SZH terbakar itu korban pembunuhan.

Tak lama kemudian, polisi menangkap seorang pelakunya. Pelaku berinisial AK ditangkap di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan pada Senin 26 Agustus 2019

Identitas dua jenazah tersebut kemudian terkuak. Mereka merupakan ayah dan anak, bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan M Adi Pradana alias Dana (23).

"Kalau identitas korban bapak sama anak domisili di Lebak Bulus," kata Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi, Senin 26 Agustus 2019.

Hasil hasil penyelidikan, AK yang ditangkap di kawasan Cilandak merupakan istri korban Pupung.

"Otak pelaku berhasil diamankan yaitu saudari AK umur 35 tahun tidak lain adalah istri dari korban," Kapolres Nasriadi.

Polisi juga menyita barang bukti berupa mobil Calya nomor polisi B 2620 BZM saat menangkap pelaku. Serta selimut yang berbau bensin dan handphone tersangka.

Nasriadi mengatakan, korban dibunuh di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada 24 Sabtu 24 Agustus. "Dua korban diculik dan dilumpuhkan di rumah korban di alamat Lebak Bulus 1 Kav 129 B blok U 15 RT 3 RW 05, Lebak Bulus Jaksel," ungkap Nasriadi.

Setelah dieksekusi, korban diletakkan di SPBU Cirendeu dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

Setelah itu, para eksekutor menyuruh AK untuk mengambil mobil yang berisi 2 jenazah yang sudah dibunuh," ungkap Nasriadi.

Kemudian pada Minggu, 25 Agustus, AK dan anaknya menjemput bola mobil berisi 2 jenazah bapak dan anak tersebut.

"Kemudian pagi pada tanggal 25 Agustus hari minggu pukul 07.00 pagi AK dan anaknya KV mengambil mobil yang sudah berisikan mayat tersebut, dan membawa mayat itu ke Cidahu," tutur Nasriadi.

Di TKP, AK membeli satu botol bensin. "Dan menyerahkannya ke anaknya KV untuk membakar mobil tersebut," tuturnya.

Alhasil, mobil berisi dua mayat dalam kondisi terikat itu terbakar hingga meledak. "Ledakan juga ikut membakar KV di bagian wajah, kaki dan tangan. Sekarang dirawat di RS Pertamina. Keduanya langsung kabur ke RS Pertamina setelah membakar mobil," ungkapnya.

Nasriadi mengatakan, motif pembunuhan terhadap Edi Chandra Purnama alias Pupung (54) dan anaknya, M Adi Pradana alias Dana (23) karena masalah rumah tangga dan utang piutang.

"Motifnya adalah tersangka saudari AK menyewa empat eksekutor untuk membunuh suaminya, Edi Candra dan anak tirinya, Dana karena masalah rumah tangga dan utang piutang," ujar Nasriadi.

Asih Jadi Tumbal Pesugihan

Penculikan
Polisi mengungkap penculikan gadis bawah umur yang hamil untuk dijadikan tumbal pesugihan (Istimewa)

Jasad wanita tanpa identitas yang ditemukan di semak perkebunan warga Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten, ternyata korban pesugihan. Belakangan diketahui korban bernama Asih, warga Palmerah, Jakarta Selatan.

Sebelum membunuh Asih kedua pelaku melakukan ritual pesugihan di dalam kamar OV. Harapannya, kedua pelaku menjadi kaya raya dengan mengorbankan Asih.

Dani bercerita sebelum dibunuh, Asih di ajak oleh OV untuk ke Bogor. Sebelum berangkat ke 'Kota Hujan' itu, OV mengajak Asih ke kontrakannya terlebih dahulu. Pelaku keluar kamar kontrakan, korban ditinggal sendirian di dalam kamar. Kemudian datang pelaku lainnya berinisial WF.

Pelaku WF (40) memerkosa korban saat dalam kondisi tidak berdaya di kontrakan OV (40), daerah Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

Dalam kondisi lemas tak berdaya dan tangan terikat, korban kemudian dibawa pelaku ke mobil yang sudah diparkirkan pelaku OV. Kemudian kedua pelaku membawa korban menuju daerah pembuangan di daerah Maja, Lebak, Banten.

Sesampainya di lokasi pembuangan, pelaku menarik keluar korban yang sudah tidak sadarkan diri hingga kepalanya membentur badan mobil dan tanah dan meninggal dunia. Kemudian korban diseret ke semak-semak dalam posisi lumpuh dan ditinggal di lokasi.

"Mencekik dan melakukan pemerkosaan dan si OV itu tahunya hanya dibunuh karena posisinya dia sedang keluar mempersiapkan mobil," kata Dirkrimum Polda Banten Kombes Pol Novri Turangga, Jumat 6 September 2019.

Pelaku diduga melakukan pembunuhan tanggal 19 Agustus 2019. Kemudian tanggal 20 Agustus 2019, kedua pelaku berangkat ke salah satu gunung di wilayah Cilacap, Jawa tengah (Jateng) untuk menemui guru pesugihannya. Usai itu mereka pun kembali ke Jakarta, sembari menunggu perintah selanjutnya.

Kemudian pada tanggal 24 Agustus 2019, jenazah Astri ditemukan oleh warga di semak-semak lahan pertanian. Penemuan itu membuat heboh masyarakat Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten.

Polisi pun melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tak berapa lama, hanya selang satu hari, pada 25 Agustus 2019, keluarga korban datang ke Lebak untuk mengecek kebenarannya. Hasilnya, identitas korban terungkap.

Pihak kepolisian menggali informasi dari keluarga dan ditemukan foto Asih dijemput oleh dua orang temannya dengan alasan akan bepergian ke Bogor. Polres Lebak melakukan pengejaran dan berkoordinasi ke Polda Metro Jaya. Hingga kedua pelaku bisa ditangkap saat mendaki gunung di wilayah Cilacap, Jateng, untuk kembali bertemu dengan guru spiritualnya.

"Setelah membunuh pelaku pergi ke gunung. Kalau ke sana enggak bawa apa-apa (dari korban), setelah membunuh di sana ada petilasan nya, untuk prosesi," jelasnya.

Pihak kepolisian juga sudah mengungkap, pelakunya dua orang, pelaku wanita berinisial OV dan pelaku pria berinisial WF. Keduanya mengaku membunuh Asih sebagai tumbal pesugihan. Yang mengejutkan, Asih dan OV merupakan rekan kerja di kantor yang sama.

Menurut adik korban yakni Damiri (39), OV merupakan rekan kerja lama dari Asih. Mereka berdua telah bekerja di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebagai petugas cleaning service (CS).

"Mereka berdua itu teman lama, dulu pernah kerja satu PT. Nah sekarang si pelaku di PT 1, nah si Asih di PT 3," kata Damiri saat berbincang dengan merdeka.com di kediaman Pal Merah, Jakarta Barat, Selasa (10/9).

Selain itu, Damiri mengungkapkan, pelaku tega membunuh Asih bukan karena untuk dijadikan tumbal saja. Melainkan juga pelaku mempunyai masalah pribadi terhadap Asih.

"Pelaku ini katanya juga punya dendam sama Asih. Cuma saya enggak tahu dendam pribadi apa, yang saya tahu sih begitu," ungkapnya.

Selain itu, Masem (63) yang merupakan ibu dari Asih ini mengaku, jika pelaku OV tak pantas untuk berteman dengan anak pertamanya itu.

"Pas saya lihat foto selfie Asih sama pelaku, saya bilang kayaknya bukan orang bener nie (pelaku)," ujar Masem.

Dengan adanya peristiwa tersebut, pihak keluarga ingin agar pelaku dapat dihukum secara setimpal dengan apa yang diperbuat terhadap Asih.

"Kami keluarga pengen biar pelaku dihukum yang berat dan setimpal," ucap Damiri.

Saat ini, jasad korban telah dikuburkan oleh pihak keluarga di kampung halamannya di Desa Tenajar Tengah, Indramayu, Jawa Barat.

Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edi Sumardy mengatakan, pelaku sering melakukan ritual dan ziarah di salah satu daerah di Jombang untuk mendalami ilmu pelet dengan bimbingan makhluk gaib.

"Bertahun-tahun (OV) ke Jombang, Jawa Timur rajin ziarah dalami ilmu pelet awalnya segala macamnya di Jombang. Kalau bunuh orang baru kali ini," kata Edi kepada wartawan, Selasa (10/9).

Dari pelaku OV, petugas mengamankan barang bukti buku yang berisi bacaan mantra-mantra dan air dalam botol hasil ritual di salah satu gunung di Cilacap, Jawa Tengah.

"Pas kita tangkap setelah turun dari sebuah gunung untuk sesembahan. Ada buku mantra-mantra," katanya.

Selain itu, Edi mengungkapkan, kedua pelaku sempat akan membunuh seorang Pekerja Seks Komersil (PSK) untuk dijadikan tumbal pesugihan. Namun gagal dilakukan.

Mayat dalam Koper di Hutan Pinus

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Warga Kampung Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat digegerkan dengan penemuan koper berisi jasad laki-laki pada Minggu 10 November 2019 lalu.

Jasad pria tanpa identitas itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemulung sekitar pukul 12.00 WIB. Dia melihat di semak-semak kawasan hutan pinus sebuah tas koper warna biru tua

Karena penasaran, saksi membuka koper tergeletak di bawah pohon pinus. Alangkah terkejutnya, di dalam koper itu ada sesosok jasad terbungkus plastik hitam.

Saat ditemukan, jasad tersebut sudah membengkak terbungkus plastik hitam. Selain itu, tangan dan kaki lelaki nahas itu dalam kondisi terikat lakban warna cokelat.

Saksi kemudian melaporkan penemuan mayat itu ke aparatur desa dan Polsek Nanggung. Setelah mendapatkan laporan dari warga, polisi pun langsung mendatangi lokasi penemuan mayat.

Seusai dievakuasi, polisi lalu membawa mayat tanpa identitas tersebut ke Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur untuk dilakukan autopsi.

"Sudah dievakuasi ke RS Kramatjati untuk diautopsi," kata Kapolsek Nanggung, AKP Asep Saefudin.

Kepolisian memastikan bahwa jasad pria dalam koper yang ditemukan di hutan pinus adalah korban pembunuhan.

Kapolres Bogor AKBP M Joni mengatakan, berdasarkan hasil forensik Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur, korban mengalami kekerasan benda tumpul di bagian kepala.

"Luka di kepala akibat benda tumpul," ujar Joni kepada wartawan, Senin 11 November 2019.

Diduga kuat, jasad tersebut merupakan korban pembunuhan. Untuk menghilangkan alat bukti, pelaku sengaja membuang jasad dalam koper ke hutan pinus.

"Sementara hasil forensik diduga seperti itu (dibunuh)," kata dia.

Saat ini, polisi tengah berkoordinasi dengan pihak kelurahan ataupun desa untuk mengungkap identitas mayat pria tersebut.

Belakangan, Polres Bogor menduga mayat dalam koper tersebut merupakan warga negara asing (WNA). Hal itu terindikasi berdasarkan sketsa wajah mayat dalam koper yang dibuat oleh para ahli dengan keakurasian sekitar 80 persen mendekati wajah asli.

Adapun ciri-ciri pada sketsa yang terlihat seorang pria berusia 40 tahun, tinggi badan sekitar 183 sentimeter, berhidung besar, muka berbentuk oval, rambut pendek berwarna hitam, mata sedikit sipit dan berdaun telinga besar.

Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Benny Cahyadi mengatakan, postur tubuh mayat tersebut terlihat berbeda daripada postur tubuh rata-rata orang Indonesia.

"Dari postur memang bukan kaya kita (Indonesia), tapi tinggi besar dan tidak menutup kemungkinan bahwa korban merupakan warga negara asing," kata Benny di Mapolres Bogor, Kamis 28 November 2019.

Sejauh ini, polisi telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar (Kedubes) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengenai informasi WNA yang hilang, untuk mencocokkan ciri-ciri mayat.

"Kita masih berupaya semaksimal mungkin mencari identitas korban dengan berkordinasi dengan kedutaan dan kemenlu karena memang terkait sketsa ini juga pertimbangannya supaya mempermudah mencari pelaku," ujar dia.

Tim penyidik juga menemukan barang bukti baru di lokasi temuan mayat dalam koper tersebut yakni, jas berwana hitam dengan merek Linea Esse Made In Italy yang di bagian kirinya terdapat bunga.

"Kita temukan juga satu koper merek paspor, satu jas di bagian kiri ada bentuk seperti bunga dengan merek lineaa esse. Kemudian dari lakban kita sudah lakukan upaya sidik jari karena medan sulit di lokasi hujan jadi sulit mengidentifikasi," sambung dia.

Berdasarkan hasil visum yang telah dilakukan oleh pihak RS Polri Soekanto, terdapat luka bekas pukulan benda tumpul pada bagian belakang kepala dan terdapat luka bekas sekapan pada bagian mulut. "Hasil otopsi korban karena faktor pukulan benda tumpul di kepala belakang dan depan kemudian bekapan di mulut," ujar dia.

Video Mesum 3 In 1 Gegerkan Garut

Dengan pengawalan ketat aparat, VN, salah satu terdakwa kasus Vina Garut, mulai memasuki ruang persidangan di ruang persidangan Pengadilan Negeri Garut
Dengan pengawalan ketat aparat, VN, salah satu terdakwa kasus Vina Garut, mulai memasuki ruang persidangan di ruang persidangan Pengadilan Negeri Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Adegan porno 3 in 1 atau biasa disebut "gangbang", beredar luas di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Masyarakat resah dengan beredarnya video asusila di kota yang terkenal dengan pesantrennya itu.

Ada dua video dewasa dengan nama "Vina Garut" yang beredar mempertontonkan aksi ranjang dengan tiga pelaku laki-laki dan satu perempuan. Dugaan sementara kedua video itu, diambil di dua tempat berbeda, tetapi pada lokasi hotel yang sama.

Video "Vina Garut" pertama berdurasi 1 menit 30 detik, dengan pelaku dua orang pria dan satu wanita, sedangkan video kedua berdurasi 1 menit 7 detik, terdapat tiga pria dan satu wanita yang tengah mempertontontakan adegan ranjang.

Sontak aksi 3 in 1 dalam dua video "Vina Garut" itu cukup mengundang perhatian publik, terlebih setelah tersebar luas di dunia maya sejak Selasa 13 Agustus 2019 lalu, yang dikirim secara berantai.

Hasil penyelidikan Polres Garut, menemukan fakta adegan Vina Garut tersebut murni desakan ekonomi. Dua pelaku utama yakni VN dan AK alias Rayya, mantan suami istri, sengaja merekam adegan itu untuk diperjualbelikan.

"Saya menerima Rp 500 ribu, Kalau mantan suami saya dapet dari yang itunya saya tidak tahu berapa," kata VN, saat itu.

Menurutnya, seluruh adegan ranjang yang ia perankan, merupakan inisiatif permintaan dari AK bekas suaminya, yang dilakukan beberapa kali di sejumlah tempat berbeda.

"Yang saya ingat di kontrakan di wilayah Kecamatan Wanaraja satu kali dan di salah satu penginapan di Cipanas (Kecamatan Tarogong Kaler) dua kali," ujarnya dalam keterangan di depan penyidik.

VN mengaku, setiap adegan ranjang yang dilakukan dengan pria lain, sengaja direkam mantan suaminya. Belakangan diketahui AK, meninggal dunia, setelah penyakit mematikan merenggutnya.

Setelah melakukan rangkaian penyidikan, Satuan Reserse Kriminal Polres Garut, Jawa Barat, menemukan ratusan potong cuplikan video syur Vina Garut baru, dari handphone milik AK.

"Ada sekitar 113 video," ujar Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, saat itu.

Menurutnya, hasil penyelidikan laboratorium forensik Polda Jabar menemukan VN dan AK, dua sosok utama pelaku video Vina Garut, ditemukan dalam ratusan video itu.

"Ada yang merupakan potongan video sebelumnya juga," kata dia.

VN, merupakan mantan istri AK alias Rayya (31), yang telah meninggal dunia. Meskipun AK wafat, proses hukum tiga tersangka lainnya, yakni VN, WW serta D, tetap berjalan.

Untuk kepentingan penyelidikan kasus video vina Garut, VN masih dititipkan di lapas kelas II B Garut, sementara WW dan D, berada di rumah tahanan Polres Garut.

Sejak pertama kali kemunculannya, video syur 3 in 1 Vina Garut, langsung mendapatkan reaksi keras masyarakat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras kasus asusila itu. Ketua MUI Garut KH Sirojul Munir meminta para tersangka diberikan hukuman ranjam tubuh.

"Ini jelas bentuk nyata adanya dekadensi moral," ujar Ketua MUI Garut KH Sirojul Munir.

Menurutnya, keberanian para pelaku membuat video Vina Garut, merupakan bentuk akumulasi penurunan nilai moral dalam kehidupan masyarakat. "Bahaya sekali jika dibiarkan bagi generasi muda," kata dia.

Rendahnya pemahaman agama ujar dia, diduga ikut menjadi salah satu penyebab munculnya fenomena berkurangnya rasa malu, dalam kehidupan bermasyarakat.

"Memang ada pesantren dan DKM di tiap masyarakat, tapi masalahnya yang ngaji hanya santri, sementara generasi muda dari kalangan masyarakatnya ke mana?" ujar dia.

Adanya kasus itu, lembaganya berharap semua pihak duduk bersama mencari solusi, melakukan penyadaran pentingnya pendidikan moral di masyarakat.

"Ini sudah darurat moral terutama soal kesusilaan," kata dia.

Hakim PN Medan Tewas

20160206-Ilustrasi-Pembunuhan-iStockphoto
Ilustrasi Pembunuhan dengan Senjata Tajam (iStockphoto)

Hakim Pengadilan Negeri Medan, Jamaluddin ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di sebuah jurang di Dusun II Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Jumat 29 November 2019 siang.

Korban yang merupakan Humas Pengadilan PN Medan, ditemukan warga di dalam satu unit mobil Toyota Land Cruiser Prado nomor polisi BK 77 HD warna hitam.

Saat ditemukan jenazah sudah membiru dengan kondisi terbaring di posisi bangku belakang. Selanjutnya korban langsung dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk dilakukan autopsi. Setelah autopsi pada Sabtu dini hari, jenazah langsung dibawa ke kampung halamannya di Nagan Raya, Aceh.

Sementara berdasarkan pengakuan istri korban, Juraida, sebelum suaminya ditemukan tewas, hakim PN Medan itu sempat berpamitan untuk bertemu rekannya di Bandara Kualanamu.

"Kata istrinya tadi sama saya, dia (korban) jemput temannya ke bandara. Jam 5 udah berangkat dari rumah," kata Humas PN Medan Erintuah saat ditemui di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan, Jumat malam.

Selain itu, kata Erintuah, rekan kerjanya juga sempat melihat korban hadir ke kantor. Pada saat itu korban tidak mengenakan pakaian training seperti yang dipakai saat ditemukan meninggal dunia.

"Masih pakai jeans dia, belum pakai training. Karena memang setiap hari Jumat kami olahraga, cuma hari ini enggak ada olahraga karena ada kegiatan sosialisasi. Tapi waktu sosialisasi itu, dia udah enggak keliatan," jelasnya.

Misteri kematian Jamaluddin belum juga terungkap. Kepolisian masih berhati-hati untuk menetapkan tersangka karena pembunuhan itu diduga telah direncanakan dengan rapi.

Kapolda Sumatera Utara, Irjen Agus Andrianto mengatakan, pembunuhan berencana ini disimpulkan dari hasil analis keterangan saksi, alat bukti yang ada, serta laporan laboratorium forensik maupun kedokteran forensik.

"Ini pembunuhan berencana," ucap Agus di Medan, Sabtu (14/12/2019).

Jenderal bintang dua itu meminta masyarakat, termasuk awak media, bersabar menunggu kerja penyidik. "Pembunuhan berencana itu agak relatif butuh waktu untuk mengungkapkan, jadi mohon kesabaran dari rekan-rekan media," ucap Agus.

Agus memastikan, kepolisian tetap serius mengungkap kasus pembunuhan terhadap hakim PN Medan itu. Penyidik akan menggunakan scientific investigation atau teknik-teknik ilmiah dalam pembuktiannya.

"Pelan-pelan, enggak bisa sembarangan. Karena ini rapi, sangat halus kejadiannya, sehingga kita meyakini kejadian ini pembunuhan berencana, sehingga butuh waktu menetapkan siapa tersangkanya," kata Agus.

Perwira tinggi yang segera dilantik menjadi Kabaharkam Polri ini menuturkan, penyidik mungkin sudah punya perkiraan mengenai pelaku pembunuhan. Namun hal itu belum boleh diungkapkan, karena mereka masih mendalaminya.

Karena pembunuhan Jamaluddin terencana, penyidik harus berhati-hati. Mereka terus mendalami dan mengevaluasi alat bukti, keterangan saksi untuk memastikan motif yang menjadi pemicu pembunuhan hakim PN Medan.

"Masalahnya belum ada titik masuknya saja. Kalau sulit, ya katanya kalau semakin bisa menyelesaikan perkara-perkara yang sulit, katanya pintar. Jadi ya kita belajar dari kasus-kasus yang terjadi," ucap Agus.

Agus menyatakan, polisi tidak bisa menduga-duga dan tidak boleh salah menetapkan seseorang sebagai tersangka.

"Sampai saat ini kita belum bisa menunjuk kepada siapa pelakunya, kita masih menganalisis terhadap keterangan para saksi yang ada dan alat bukti. Ini korban meninggal di mana, apakah meninggal sebelum berangkat dari rumah atau meninggal di perjalanan," sebut Agus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya