BNPB Evakuasi Korban Banjir Bandang di Lebak dengan Helikopter

Penyaluran bantuan dan evakuasi warga korban banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten, yang masih terisolir akan menggunakan helikopter.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 04 Jan 2020, 12:52 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2020, 12:52 WIB
Banjir Bandang Lebak Banten
Evakuasi hanya mengandalkan perahu karet yang diikat ke sebuah tali, lalu ditarik oleh warga di tengah derasnya aliran Sungai Ciberang, di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Banten - Penyaluran bantuan dan evakuasi warga korban banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten, yang masih terisolir akan menggunakan helikopter.

Warga yang sakit dan membutuhkan bantuan mendesaklah yang di utamakan untuk segera di evakuasi, dari lokasi bencana yang terisolir.

"Nanti penyaluran untuk daerah terisolir harus menggunakan helikopter. Nanti BNPB bekerjasama dengan TNI telah menyiapkan satu unit helly yang akan digunakan beberapa hari di wilayah ini, terutama untuk mendorong logistik dan mengevakuasi korban-korban yang mungkin membutuhkan perawatan kesehatan," kata Kepala BNPB, Doni Monardo, saat meninjau posko pengungsian di Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (4/1/2020).

Doni mendapatkan laporan dari Bupati Lebak, ada delapan jenazah korban banjir bandang dan longsor yang telah ditemukan. Diperkirakan jumlah korban jiwa akan terus bertambah, lantaran masih terus dilakukan pencarian oleh tim SAR gabungan.

"Berdasarkan laporan sementara dari Ibu bupati, terdapat sejumlah delapan korban meninggal, enam orang tertimbun kemudian dua orang hanyut, satu belum ditemukan," terangnya.

Berdasarkan data sementara yang diterima, setidaknya ada sekitar seribu rumah rusak, mulai dari tertimbun longsor hingga hanyut terbawa derasnya banjir bandang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Penyebab Banjir Bandang

Penyebab terjadinya bencana alam yang baru pertama kali di alami oleh Pemkab Lebak ini di duga akibat penggundulan hutan dan aktifitas pertambangan liar, di dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Dimana, lubang bekas galian yang tidak ditutup lagi oleh warga terisi oleh air hujan, kemudian ambrol dan menyebabkan banjir bandang. Terlebih, di duga minimnya vegetasi pepohonan yang bisa menahan tanah dan menyerap air hujan.

"Berdasarkan laporan awal dari kepolisian daerah Banten, penyebab utama selain hujan yang sangat lebat di Gunung Halimun Salak, adalah sejumlah tambang yang pecah. Jadi tambang yang sudah ditinggalkan itu ambrol, longsor, dan membawa material bebatuan dan juga lumpur. Nah inilah yang menyapu sepanjang Sungai Ciberang ini dan menimbulkan kerugian yang cukup massif," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya