Hari Kependudukan Dunia, BKKBN Paparkan Fakta Dampak COVID-19 Terhadap Keluarga Berencana

Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan kunjungan masyarakat pada fasilitas kesehatan dan menimbulkan banyak fenomena terkait keluarga berencana hingga kekerasan berbasis gender.

oleh Gilar Ramdhani pada 10 Jul 2020, 14:43 WIB
Diperbarui 10 Jul 2020, 14:42 WIB
Hari Kependudukan Dunia, BKKBN Paparkan Fakta Dampak COVID-19 Terhadap Keluarga Berencana
Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) saat konferensi pers peringatan Hari Kependudukan Dunia di Kantor Pusat BKKBN, Jumat (10/07).

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan kunjungan masyarakat pada fasilitas kesehatan. Fenomena ini berakibat pada penurunan jumlah peserta KB aktif, maupun peserta KB baru yang ingin mendapatkan pelayanan keluarga berencana melalui fasilitas kesehatan. Meningkatnya risiko kehamilan yang tidak diinginkan, layanan kesehatan reproduksi sedang dikesampingkan dan kekerasan berbasis gender. Begitu juga remaja, memperoleh dampak yang lebih besar dari kelompok yang lain terutama dalam kekerasan berbasis gender yang didalamnya juga termasuk perkawinan usia anak yang kini banyak terjadi. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh kantor pusat UNFPA yang berkolaborasi dengan Avenir Health, John Hopkins University (USA), Victoria University (Australia) mengindikasikan bahwa 47 juta perempuan diperkirakan tidak bisa mengakses metode-metode kontrasepsi, yang bisa mengakibatkan 7 juta kehamilan tidak diinginkan (KTD) di negara-negara berkembang selama 6 bulan lockdown. Diperkirakan juga akan terjadi 31 juta kasus kekerasan berbasis gender (GBV), 2 juta kasus pemotongan kelamin perempuan (FGM), dan 13 juta perkawinan usia anak.

Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengungkapkan terjadinya penurunan akses terhadap layanan fasilitas kesehatan selama pandemi terdapat hal yang harus dicermati dan itu merupakan dampak terdekat adalah terjadinya unwanted pregnancy dan mistimed pregnancy atau kehamilan tidak dikehendaki.

"Karena sebelum pandemi angkanya rata-rata sudah 17,5% dan di kota besar kecenderungannya lebih tinggi, juga terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, stunting, kematian ibu dan bayi, itu permasalahan yang harus kita cermati terkait dengan kependudukan,” ungkap Hasto pada konferensi pers peringatan Hari Kependudukan Dunia, bersama Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani, di Kantor Pusat BKKBN, Jumat (10/07). 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai Lembaga yang memiliki tanggung jawab atas keberhasilan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Setiap tahun menyelenggarakan kegiatan untuk memperingati Hari Kependudukan Dunia yang diperingati setiap tanggal 11 Juli,  dengan tema yang berbeda beda. Pada tahun 2020, Tema Hari Kependudukan Dunia yang diangkat adalah “Dampak COVID-19 Terhadap Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu, dan Kekerasan Berbasis Gender”. 

Hal ini sejalan dengan United Nations Population Fund (UNFPA), yang mengangkat tema “Menghentikan COVID-19: Bagaimana Menjaga Kesehatan dan Hak Perempuan dan Anak Perempuan”. Tujuan dari tema ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan kesehatan reproduksi dan adanya kerentanan bagi perempuan selama pandemi  COVID-19, menyoroti bagaimana kita dapat melindungi dan menjamin Kesehatan seksual dan reproduksi tetap menjadi agenda dan untuk mengeksplorasi cara mempertahankan momentum pencapaian SDGs tahun 2030.

 

Program GenRe BKKBN

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani menambahkan terkait masalah kependudukan BKKBN terus berusaha mengoptimalkan dan memberikan peran terbaik agar memberikan manfaat dan makna yang besar bagi Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah.

"Kami juga sedang menyusun naskah akademik Rancangan Undang-undang (RUU) untuk memperkuat UU nomor 52 tahun 2009 juga perpres terkait Grand Desain Pembangunan Kependudukan sehingga kita berupaya agar Kependudukan ini menjadi mainstream dalam pembangunan di Indonesia," ujarnya.

BKKBN selalu melakukan terobosan-terobosan untuk mendekati para remaja terkait ketahanan remaja. Melalui program Generasi Berencana (GenRe) BKKBN mengembangkan ketahanan remaja di dalamnya termasuk kampanye pendewasaan usia perkawinan yakni, 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.

Program GenRe dilakukan dengan pendekatan langsung terhadap remaja serta orang tua yang memiliki anak remaja. Pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). Saat ini PIK Remaja berjumlah sekitar 23.579 tersebar di 34 Provinsi. PIK Remaja diharapkan menjadi wadah bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreatifitas dan saling tukar informasi dengan teman sebaya mereka.

 

Hasil Survei BKKBN: Keluarga Indonesia Tangguh Hadapi COVID-19

Hari Kependudukan Dunia, BKKBN Paparkan Fakta Dampak COVID-19 Terhadap Keluarga Berencana
Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) saat konferensi pers peringatan Hari Kependudukan Dunia, bersama Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani, di Kantor Pusat BKKBN, Jumat (10/07).

Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menyampaikan Hasil Survei yang dilakukan BKKBN terhadap 20.680 keluarga di Indonesia mengungkapkan bahwa, sebagian besar keluarga di Indonesia tangguh dalam menghadapi COVID-19 karena mampu menerima, saling mendukung, serta menghindari pertengkaran di masa pandemi ini.

"Di balik tangguhnya keluarga Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19, terdapat peran perempuan atau istri dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga, “ jelas Hasto.

Kondisi psikologis keluarga dalam menghadapi dampak pandemi menjadi salah satu faktor penting dan sangat menentukan dalam mengatasi dinamika permasalahan yang terjadi. Menurut Survey BKKBN di masa pandemi ini, keluarga Indonesia sebanyak 99% mengatakan saling mendukung anggota keluarga, menghindari pertengkaran sebanyak 98,1%, dan menerima kondisi pandemi sebesar (sabar) 97,7%.

Menurut Hasto walaupun kebanyakan keluarga berhemat di masa pandemi sebanyak 79,9%, namun justru yang perlu diperhatikan adalah mereka yang mulai menjual barang dan perhiasan sebesar 50,6%, meminjam uang tetangga sebesar 19,8%. Dan sebanyak 2,5% terdapat cekcok pada keluarga yang mungkin bisa memicu perceraian.

 

BKKBN Gelar Sarasehan Hingga Webinar

Hari Kependudukan Dunia ditetapkan oleh PBB sebagai bentuk perhatian besar masyarakat pada peringatan “Hari Lima Miliar” pada tahun 1987. Hari Lima Miliar dimaksudkan untuk menyatakan bahwa pada tanggal tersebut populasi dunia mencapai 5 miliar dan sejak saat itu, populasi dunia terus bertambah dan berdampak pada meningkatnya permasalahan kependudukan.

Tujuan dari peringatan Hari Kependudukan Dunia ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang permasalahan kependudukan dan perannya dalam mencari solusi  pemecahan masalah-masalah kependudukan seperti pentingnya keluarga berencana, kesetaraan gender, kemiskinan, kesehatan ibu, dan Hak Asasi Manusia.

Kegiatan utama yang dilaksanakan BKKBN bekerjasama dengan UNFPA dalam peringatan Hari Kependudukan Dunia 2020 diantaranya adalah  Sarasehan dengan tokoh agama tentang perlindungan dan promosi kespro, kespro remaja, KB, dan pencegahan kekerasan berbasis gender pada perempuan, dan anak perempuan; serta Webinar/Dialog antara pengambil kebijakan, tokoh agama dan tokoh perempuan, dan remaja tentang tentang perlindungan dan promosi kespro, kespro remaja, KB, dan pencegahan kekerasan berbasis gender pada perempuan, dan anak perempuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya