BNPB: 36 Meninggal dan 40 Orang Hilang Akibat Banjir Bandang Luwu Utara

Data terkait banjir bandang Luwu Utara tersebut disampaikan BNPB pada konferensi persnya, Minggu (19/7/2020) sore.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2020, 19:53 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2020, 19:53 WIB
Dilanda Banjir Bandang, Begini Kondisi Luwu Utara yang Porak Poranda
Tim penyelamat membawa mayat korban setelah banjir bandang di desa Radda di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (14/7/2020). Lebih dari 4.000 keluarga terdampak akibat kejadian tersebut. (AFP/Aryanto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut 36 orang meninggal dunia akibat banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Data tersebut disampaikan BNPB pada konferensi persnya, Minggu (19/7/2020) sore.

"Kami menerima data 36 orang meninggal dunia, 40 orang hilang namun sebagian telah ditemukan dalam keadaan selamat dan 58 orang luka-luka," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati saat konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Minggu.

Dia menyebutkan, dari 36 korban jiwa itu, sebanyak 12 orang merupakan korban banjir bandang di Kecamatan Masamba dan 24 orang dari Kecamatan Baebunta.

Menurut dia, musibah yang terjadi pada 13 Juli 2020 itu telah berdampak ke 15.994 jiwa warga di wilayah itu. Banjir merendam 4 202 unit rumah warga dan mengakibatkan 14.483 jiwa mengungsi.

"Kemudian, terdapat juga kelompok rentan yang terdampak bencana sebanyak 2.530 jiwa lansia, 870 balita dan 124 di antaranya masih bayi serta 137 ibu hamil," ujar Raditya soal dampak banjir bandang Luwu Utara.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

3 Sebab

Pada kesempatan ini, Raditya juga menyebutkan tiga hal yang menyebabkan banjir bandang di Luwu Utara, Hal ini berdasarkan hasil identifikasi BNPB.

Tiga faktor itu adalah curah hujan, alih fungsi lahan, dan kondisi formasi tanah yang lemah.

"Jadi ada tiga curah hujan yang memang tinggi, kedua Alih fungsi lahan turut menjadi faktor penyebab banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara dan adanya sejarah patahan yang menyebabkan kondisi formasi tanah di hulu lemah dan memudahkan terjadinya longsor," tutur Raditya.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya