Indikator: Covid-19 Buat Pendapatan Masyarakat Turun hingga Sebagian Sulit Makan

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, sebanyak 66,6% masyarakat pendapatan rumah tangganya menurun akibat pandemi Covid-19.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 18 Okt 2020, 20:17 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2020, 20:17 WIB
FOTO: Penerapan Protokol Kesehatan Rumah Makan di Tangsel
Pelayan mengenakan pelindung wajah saat melayani pengunjung di Restoran Bandar Djakarta, Alam Sutra, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (10/6/2020). Tangerang dan Tangerang Selatan menjalankan PSBB transisi menuju kenormalan baru dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, 66,6 persen masyarakat menyatakan pendapatan rumah tangganya menurun akibat pandemi Covid-19.

Hal ini berdasarkan survei nasional yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 24-30 September 2020, terkait mitigasi dampak Covid-19.

Pada survei tersebut, masyarakat yang menyatakan pendapatannya naik hanya 1,2 persen dan sisanya sebanyak 0,8 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.

Akibat penurunan pendapatan itu, masyarakat mengaku kesulitan untuk memenuhi makan sehari-hari.

"Kesulitan terberat akibat penurunan pendapatan paling tinggi adalah, makan sehari-hari. Saya terus terang ketika mendapat data ini cukup terenyuh karena ini bukan angka kecil," kata Burhanuddin dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (18/10/2020).

Menurut dia, ada 55,5 persen responden menyatakan kesulitan makan sehari-hari. Lalu, 12,3 persen responden mengaku kesulitan membiayai sekolah anaknya. Sebanyak 11,5 persen responden menyatakan kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran jarak jauh.

Kemudian, 2,9 persen responden kesulitan membayar cicilan rumahnya akibat pendapatan menurun selama pandemi. Ada pula 10,5 persen responden yang kehilangan pekerjaan akibat wabah Covid-19.

"Lebih dari separuh warga yang mengatakan kondisi ekonominya turun, jangankan soal internet untuk anak mereka sekolah online, buat cicilan rumah, (buat) makan susah," tutur Burhanuddin.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jangan Diabaikan

Untuk itu, Burhanuddin menilai penanganan kesehatan akibat pandemi memang harus diprioritaskan. Namun, urusan ekonomi juga tidak bisa diabaikan sebab banyak masyarakat yang bergantung hidupnya dari pendapatan harian.

"Ini tolong kita semua cukup punya empati. Ini bukan berarti kita mengesampingkan aspek kesehatan, tapi dua-duanya bukan hal yang diabaikan," ucap dia.

Sebagai informasi, survei menggunakan kontak telepon kepada responden karena situasi pandemi corona. Survei menggunakan asumsi simple random sampling, dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.614 data. Sedangkan, yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1.200 responden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya