Tenaga Ahli Menkes Sebut Terawan Sudah Gagas Vaksin Nusantara Sejak Jadi Menteri

Tenaga Ahli Menteri Kesehatan, Andani Eka Putra mengakui vaksin nusantara sudah digagas oleh Terawan Agus Putranto sejak menjabat menjadi Menteri Kesehatan.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 17 Apr 2021, 21:49 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2021, 11:21 WIB
Aburizal Bakri selesai menjalani suntik vaksin Nusantara.
Aburizal Bakri selesai menjalani suntik vaksin Nusantara. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tenaga Ahli Menteri Kesehatan, Andani Eka Putra mengakui vaksin nusantara sudah digagas oleh Terawan Agus Putranto sejak menjabat menjadi Menteri Kesehatan. Diketahui vaksin tersebut dikembangkan di Rumah Sakit Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Semarang.

"Iya setau saya sudah menjabat sudah menjalani," katanya dalam diskusi virtual, Sabtu (17/4/2021).

Dia juga mengakui pemerintah sudah tau dengan adanya gagasan vaksin yang dicanangakan Terawan. Andani menjelaskan vaksin tersebut semula ditujukan untuk vaksin nasional seperti vaksin merah putih.

"Sudah ada prosesnya tapi saya enggak tau persis, vaksinnya seperti sama merah putih, dengan tujuan vaksin nasional tujuannya seperti itu," bebernya.

Sebelumnya Mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto memprakarsai vaksin Nusantara. Vaksin ini dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Semarang.

Terawan mengklaim vaksin yang disebut AV-Covid-19 ini merupakan solusi bagi para pengidap komorbid berat serta orang yang memiliki autoimun karena sel dendritik bersifat personalized atau menyesuaikan kondisi setiap pasien. Dia juga mengklaim vaksin Nusantara sangat aman karena sifatnya individual.

Eks Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto ini mengungkapkan bahwa sebenarnya dia sudah mengembangkan sel dendritik sejak tahun 2015 di Cell Center RS Karjadi, Semarang. Hasil penelitiannya juga sudah diunggah ke Jurnal Internasional, namun pada saat itu dikembangkan dan diteliti untuk penyakit kanker.

"Ini terus berkembang, lalu ketika ada ide dendritik vaksin untuk Covid-19, kami lakukan uji binatangnya melalui pihak ketiga di Amerika sehingga ini bisa berjalan baik dan membuat kami mantap (untuk kembangkan)," kata Terawan beberapa waktu lalu.

Terawan mengatakan vaksin yang merupakan hasil kerja sama Aivita Biomedical dari Amerika Serikat, Universitas Diponegoro dan RSUP dr Kariadi Semarang ini sudah melewati uji klinis tahap pertama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Polemik Vaksin Nusantara

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menyoroti pengembangan vaksin Nusantara. Dia menyebut, ada yang mengklaim vaksin tersebut dikembangkan anak dalam negeri.

"Kita harus mengakui kalau ini bukan bikinan kita sebetulnya. Jangan bilang ini bikinan kita, jangan over klaim. Kita suka melakukan over klaim," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (16/4/2021).

Vaksin Nusantara dikembangkan menggunakan sel dendritik. Vaksin ini dikembangkan di Amerika Serikat dan diujicoba di Indonesia. Namun, belakangan vaksin Nusantara disebut gagasan mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto.

Windhu mengatakan, jika mayoritas komponen pengembangan vaksin Nusantara berasal dari Indonesia, tak masalah diklaim gagasan anak bangsa. Namun, jika sebaliknya maka klaim tersebut sangat memalukan.

"Jangan demi nasionalisme semua diakui, nggak bisa. Maksud saya semua penuh keterbukaan, kejujuran kita semua," ujarnya.

Selain vaksin Nusantara, Windhu menyinggung klaim vaksin Sinovac. Dia mengatakan, ada yang menyebut vaksin Sinovac di Bandung, Jawa Barat, merupakan hasil pengembangan anak dalam negeri.

Padahal, bahan baku vaksin Sinovac berasal dari China. Bandung hanya menjadi tempat uji klinik fase dua.

"Kita hanya sebagai tempat uji coba dengan populasi kita, jadi partisipan. Jangan diakui Sinovac itu bikinan kita, tidak. Jadi jangan over klaim, itu malu lah kalau begitu kan. Masa nggak malu," ucap dia.

Reporter: Intan Umbari Prihatin 

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya