Liputan6.com, Jakarta - Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terdengar asing dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya, yang seringkali terabaikan. Padahal, penyakit ini tak boleh dianggap remeh.
Bahkan meningitis dinilai merupakan salah satu kegawatdaruratan medis yang harus mendapat prioritas pengobatan.
"Hal ini dikarenakan kasus ringan pada meningitis bahwa dapat mengakibatkan kecacatan permanen seperti hilangnya pendengaran," ujar dr. Herbowo Soetomenggolo melalui akun Instagram @kenapaharusvaksin, Rabu 21 April 2021.
Advertisement
"Sementara pada kasus berat, dapat mengakibatkan kematian," imbuhnya.
Meningitis ialah infeksi yang terjadi pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Memang meningitis jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Meski begitu, sebaiknya waspada terhadap penyakit ini.
Sebab meningitis merupakan salah satu infeksi yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.
Pada tahun 2016, terdapat 4.313 orang dari 78.018 kasus meningitis di Indonesia. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kasus dan kematian tertinggi di Asia Tenggara akibat meningitis.
"Salah satu jenis meningitis yang paling berbahaya adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri neisseria meningitidis, yang disebut Invasive Meningococcal Disease (IMD)," kata Herbowo.
Indonesia memiliki risiko importasi kasus IMD yang cukup tinggi mengingat jumlah jemaah haji dan umrah serta pekerja migran Indonesia (PMI) sangat besar.
Di samping itu adanya mobilitas yang sangat tinggi baik keluar atau dari dalam Indonesia, juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan risiko importasi.
"Karena itu, perlu ditingkatkan pengawasan kesehatan terhadap pelaku perjalanan khususnya yang akan pergi atau datang dari negara endemis, dan pelaku perjalanan dengan agenda kegiatan yang bersifat massal (haji, umrah, dan kegaiatan- kegaiatan level internasional seperti kegiatan olahraga atau olimpiade)," paparnya.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sulit Didiagnosa
IMD, kata Herbowo kadang sulit didiagnosis karena tanda dan gejala sering mirip dengan penyakit lain. Masa inkubasi meningokokus terjadi selama 1-10 hari, pada umumnya < 4 hari.
Adapun gejala umum yang sering ditemui oleh penderita IMD antara lain, sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, fotofobia (sensitif terhadap cahaya), kaku kuduk/ leher, tanda gangguan neurologis seperti koma.
"Jika tidak segera ditangani dengan tepat, orang yang terinfeksi IMD dapat meninggal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh IMD dapat mencapai 50 persen," tutur Herbowo.
Baiknya, penyakit yang sangat berbahaya ini dapat dicegah oleh vaksinasi. Sayangnya kesadaran masyakat untuk melakukan vaksinasi sebagai langkah pencegahan utama masih sangat kurang.
Terdapat dua tipe vaksinasi meningitis yang tersedia saat ini, yaitu Meningococcal Conjugate Vaccine (MCV) atau vaksin yang mengandung empat serogroup (A, C, Y, W135) neisseria meningitidis ini dapat digunakan mulai usia 9 bulan hingga 55 tahun. Vaksin ini memiliki proteksi lebih lama yakni lebih dari lima tahun setelah vaksinasi dan dapat menginisiasi imunitas seumur hidup.
Lalu, Meningococcal Polysaccharide vaccines (MPSV): vaksin yang mengandung 4 serogroup (A, C, Y, W135). Eisseria meningitidis ini diberikan untuk anak di atas dua tahun. Imunitas dari vaksin hanya dapat melindungi selama tiga tahun setelah vaksinasi dan tidak menginisiasi imunitas seumur hidup.
"Meningitis bisa memberikan dampak serius bahkan mengancam nyawa karena penyakitnya bisa datang secara tiba-tiba. Melalui vaksinasi dan berbagai tindakan pencegahan lainnya, Anda bisa menghindari risiko berbahaya dari penyakit ini. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi vaksin terbaik untuk Anda," tandas konsultan neurology anak ini.
Advertisement