Indonesia Rentan Dampak Perubahan Iklim, BMKG Susun Rencana Aksi Adaptasi dan Mitigasi Bencana

Dwikorita melihat dampak perubahan iklim sudah terjadi, terutama peningkatan cuaca ekstrem dan kejadian iklim ekstrem, kenaikan suhu udara, berkurangnya tutupan salju di puncak Gunung Jayawijaya di Papua dan naiknya permukaan air laut.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2021, 10:15 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 10:15 WIB
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof Dwikorita Karnawati menilai wilayah Indonesia begitu rentan terhadap dampak perubahan iklim. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil menurut Dwikorita menjadi salah satu sebab kerentanan tersebut.

"Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca," kata Dwikorita dalam keterangannya, Jumat (19/11/2021).

Dia melihat dampak perubahan iklim sudah terjadi, terutama peningkatan cuaca ekstrem dan kejadian iklim ekstrem, kenaikan suhu udara, berkurangnya tutupan salju di puncak Gunung Jayawijaya di Papua dan naiknya permukaan air laut. 

 

Penurunan Kualitas Iklim Global

Banjir di Langkat
BMKG memberikan informasi prakiraan cuaca yang menyebutkan wilayah Kabupaten Langkat masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang hingga Senin, 15 November 2021 (BNPB Indonesia)

Untuk memitigasi hal-hal tersebut, Dwikorita menyampaikan pihaknya tengah menyusun Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) bersama Kementerian PPN/Bappenas. 

Rencana aksi tersebut sebagai respons pula terhadap situasi iklim global yang dinilai terus mengalami penurunan kualitas.

Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change” atau IPCC menunjukkan bahwa suhu bumi saat ini telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya dalam 2000 tahun terakhir. 

"Suhu bumi juga diperkirakan akan mencapai atau melampaui batas 1.5C di atas level pra-industri, antara tahun 2021 dan 2040. Di bawah skenario emisi tinggi, ambang batas 1.5C ini akan dicapai dalam waktu yang lebih singkat lagi," terang Dwikorita.

Adapun rencana aksi tersebut mengacu pada kerangka Southeast Asia Coordinated Regional Climate Downscaling Experiment atau CORDEX-SEA yang juga telah menjadi acuan bagi rencana aksi Nasional. CORDEX sendiri merupakan kegiatan di bawah Program Penelitian Iklim Dunia (WCRP) dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). 

"Untuk mendukung rencana aksi nasional dan rencana aksi regional adaptasi perubahan iklim dan tujuan sektoral lainnya, diperlukan kerjasama yang solid dengan anggota CORDEX SEA untuk menurunkan skala data iklim masa depan dari skala regional menjadi data proyeksi iklim resolusi tinggi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya