Kasus Covid-19 di Depok Tembus 5.352 Kasus, Didominasi Klaster Keluarga

Dadang Wihana mengatakan, terjadi peningkatan kasus harian Covid-19 di Kota Depok. Tercatat pada Selasa 1 Februari 2022 mencapai 1.083 kasus.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 02 Feb 2022, 12:33 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2022, 12:33 WIB
Tes Swab Massal untuk Melacak Covid-19 di Depok
Petugas medis mengambil sampel lendir saat tes swab PCR massal di Kantor Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Selasa (5/1/2021). Puskesmas Pancoran Mas melakukan tes Swab PCR kepada warga yang pernah memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana mengatakan, terjadi peningkatan kasus harian Covid-19 di Kota Depok.

Tercatat pada Selasa 1 Februari 2022 mencapai 1.083 kasus. Total kasus aktif mencapai 5.352 kasus yang menurut dia didominasi oleh klaster keluarga.

"Penambahan kasus sementara paling banyak adalah klaster keluarga, kemudian klaster tempat kerja, dan klaster PTM Terbatas," kata Dadang, Rabu (2/2/2022).

Dia menuturkan, lonjakan kasus terakhir merupakan lonjakan kasus paling tinggi selama Oktober 2021 hingga awal Februari 2022. Selain itu positivity rate Kota Depok mengalami kenaikan akibat dari lonjakan kasus aktif Covid-19.

"Positivity Rate kita saat ini meningkat menjadi 13 persen dibandingkan pada minggu sebelumnya," ungkap Dadang.

Untuk keterisian rumah sakit, lanjut Dadang, Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit penanganan Covid-19 Kota Depok mengalami peningkatan. Untuk BOR di Kota Depok telah mencapai 50 persen.

"Untuk BOR ICU telah mencapai 23 persen dan ini telah menjadi perhatian kami," kata Dadang.

 

Siapkan Lokasi Karantina

Dadang menjelaskan, untuk mengantisipasi peningkatan BOR di rumah sakit, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok telah melakukan konsolidasi untuk lokasi karantina.

Kota Depok telah memiliki satu tempat lokasi karantina untuk pasien yang memiliki gejala ringan.

"Satu tempat karantina untuk orang tanpa gangguan yaitu di Wisma Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia," kata dia.

Dadang menuturkan, untuk ketersediaan bed di Wisma Pusat Studi Jepang sudah terisi sebanyak 50 persen. Jumlah ketersediaan bed di Wisma tersebut sebanyak 42 bed untuk penanganan kasus Covid-19.

"Saat ini kami sedang berupaya melakukan penanganan berbasis masyarakat seperti mencari kost atau rumah yang bisa disewakan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya