Dukung Pembelian Jet Tempur Rafale, Eks KSAU: Bakal Perkuat Kawasan Rawan Konflik

Chappy menyebut pengadaan 42 pesawat Rafale telah memecahkan rekor pembelian pesawat tempur canggih dalam sejarah pertahanan udara Indonesia sejak 1965 silam.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Feb 2022, 10:36 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2022, 10:26 WIB
Jet Tempur Prancis Lepas Landas untuk Menyerang Suriah
Sebuah jet tempur Dassault Rafale berada di Pangkalan Udara Saint-Dizier, Prancis, Jumat (13/4). (ECPAD / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pengadaan 42 pesawat Dassault Rafale mendapat apresiasi dari banyak pemerhati Dirgantara. Salah satunya Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang juga Chairman Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal (Purn) Chappy Hakim.

Menurut Chappy, momentum pembelian jet tempur buatan Prancis itu sangat tepat. Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli pesawat fighter jet aircraft.

"Seluruh pabrik pesawat terbang tempur di permukaan bumi ini memang tengah cuci gudang alias menjual obral produknya,” kata Chappy dalam diskusi daring Pusat Studi Air Power Indonesia bertajuk “Menyongsong Pesawat Rafale”, Kamis (17/2/2022).

Chappy juga menyebut pengadaan 42 pesawat Rafale telah memecahkan rekor pembelian pesawat tempur canggih dalam sejarah pertahanan udara Indonesia sejak 1965 silam.

Meskipun, dia mengatakan pesawat tempur hanyalah salah satu dari subsistem besar pertahanan udara. Sementara pertahanan udara adalah bagian integral dari sistem nasional pertahanan udara.   

Menurut Chappy, jika Indonesia ingin meningkatkan kemampuan sistem pertahanan udara, selain pengadaan pesawat tempur Indonesia harus mampu menguasai beberapa wilayah udara di Tanah Air yang saat ini masih rawan.

"Realita dari sebagian wilayah udara kita yang berada di posisi rawan di Perairan Selat Malaka, Natuna, dan Kepulauan Riau misalnya, masih belum berada dalam kekuasaan RI. Wilayah udara tersebut sangat beririsan dengan kawasan rawan konflik di Laut China Selatan sekarang ini," ujarnya. 

 

Alasan Beli Produk Alutsista Prancis

Sementara itu di forum yang sama, Sekjen Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Donny Ermawan Taufanto menjelaskan alasan mengapa memilih produk pertahanan Prancis dalam memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista). 

"Hubungan Indonesia-Perancis yang relatif tidak pasang surut menjadi alasan menjadikan Prancis sumber pengadaan alutsista bagi Indonesia," kata Donny.

Faktor kualitas juga menjadi hal penting dalam pemilihan alutsista. Rafale dinilai menjawab tantangan teknologi.

Alasan lainnya, kata Donny adalah kondisi Alutsista Indonesia yang sudah cukup berumur. Jika tidak segera dilakukan pembenahan, dikhawatirkan mengancam pertahanan Indonesia ke depannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya