Ide Penggunaan e-Voting dalam Pemilu 2024, Mendagri: Rawan Diretas

Mendagri Tito mengatakan, KPU dan partai politik lebih menyukai pemungutan suara tradisional, karena setiap tahapannya bisa dipantau. Alasannya, pemilihan manual lebih mudah diawasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Apr 2022, 23:10 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2022, 23:10 WIB
Mendagri Tito Karnavian Segera Terbitkan Instruksi Menteri Soal PPKM Darurat
Mendagri Muhammad Tito Karnavian. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Ide penggunaan e-Voting dalam Pemilu 2024 dimentahkan Menteri Dalam Negeri atau Mendagri, Tito Karnavian. Menurut Tito, penggunaan e-Voting belum banyak disetujui stakeholder kepemiluan.

Tito Karnavian mengatakan, KPU dan partai politik lebih menyukai pemungutan suara tradisional, karena setiap tahapannya bisa dipantau. Alasannya, pemilihan manual lebih mudah diawasi.

"Untuk saat ini temen KPU dan parpol lebih suka dengan manual, karena dengan manual semua bisa diawasi setiap tahapan. Dimulai dari TPS di tingkat kecamatan, itu semua bisa diawasi angkanya itu bergeraknya," jelas Mendagri Tito Karnavian di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/4/2022).

Selain itu, Tito khawatir penggunaan e-Voting dalam Pemilu 2024 bisa mudah diretas. Walaupun dia mengakui bahwa pemakaian teknologi bisa mempercepat proses pemungutan suara.

"Kalau e-Voting memang cepat tapi mereka teman-teman takut kalau nanti terjadi angka yang salah atau dihacking dihijack sehingga akhirnya angkanya berubah," ucap mantan Kapolri ini.

Sejauh ini, e-Voting di tanah air baru diterapkan dalam pemilihan kepala desa. Kemendagri masih ingin mengkaji lebih dalam penggunaan e-Voting jika ingin diterapkan di tingkat nasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengkaji dari Negara Lain

menkominfo
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate. (Ist)

Kemendagri juga akan mengkaji dari negara-negara yang menggunakan e-Voting. Tapi, Tito juga mengungkapkan, tidak sedikit negara yang memilih tidak menggunakan e-Voting dalam pemilihan.

"Saya mau belajar dari India yang melakukan e-Voting, tapi banyak negara-negara besar yang enggak mau melaksanakan e-Voting, lebih senang yang manual, kenapa? Karena e-Voting rawan terjadinya hacking, diubah datanya," beber Tito.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, sebelumnya menyampaikan bahwa penyelenggaraan Pemilu 2024 dapat menjadi momentum menghasilkan pemimpin masa depan dengan komitmen digitalisasi Indonesia. Dia menilai, digitalisasi Pemilu sangat mungkin dilakukan, karena sudah banyak negara sudah mulai menerapkan e-voting.

"Pengadopsian teknologi digital dalam giat Pemilu memiliki manfaat untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi dalam proses kontestasi politik yang legitimate baik dalam tahapan pemilih, verifikasi identitas pemilih, pemungutan suara, penghitungan suara hingga transmisi dan tabulasi hasil pemilu," jelas Johnny.

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya