Respons Polisi Soal Aksi Solidaritas 1.000 Lilin Brigadir Yoshua

Tim Advokat Penegakan Hukum dan Keadilan (Tampak) akan menggelar aksi solidaritas untuk Brigadir Yoshua dengan menyalakan 1.000 lilin

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 22 Jul 2022, 15:08 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2022, 15:08 WIB
Ilustrasi lilin
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Tim Advokat Penegakan Hukum dan Keadilan (Tampak) akan menggelar aksi solidaritas untuk Brigadir Yoshua atau Brigadir J yang ditemukan tewas di Rumah Dinas bekas Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.

Rencananya aksi solidaritas seribu lilin dinyalakan di Bundaran HI atau Hotel Indonesia, Jakarta Pusat pada Jumat (22/7/2022) malam.

Terkait hal ini, Kapolsek Metro Menteng AKBP Netty Rosdiana menerangkan, pihaknya belum menerima pemberitahuan dari koordinator aksi. Meski, kepolisian siap mengamankan apabila Tampak bersikukuh mengadakan aksi bertajuk 1000 lilin keadilan bagi Brigadir Yoshua.

"Yang jelas belum ada pemberitahuan ke kita tapi bukan berarti kita membubarkan Karena kan bentuk mencari keadilan itu monggo-monggo saja. Kami akan pemantauan dan antisipasi. Kita mengamankan dengan betul-betul bersahabat," kata dia dalam keterangannya, Jumat (22/7/2022).

Menurut Netty, yang perlu digarisbawahi adalah terkait lokasi acara. Netty menyinggung Peraturan Pemerintah Daerah yang melarang adanya kegiatan keramaian seperti unjuk rasa dan sebagainya di Bundaran HI.

Karena itu, Netty mengaku segera berkoordinasi dengan Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya guna mencari solusi.

"Sebenarnya kan di HI tidak boleh. Kita sore hari koordinasikan dulu dengan bapak Kapolres. Karena kalau kita tolak atau bubarkan juga kurang bagus. Tentunya nanti kita koordinasikan nanti sama instansi terkait, ke Polda juga," ujar dia.

Sebagaimana rilis yang disampaikan, Koordinator TAMPAK, Roberth Keytimu menerangkan, keluarga korban dan publik sampai saat ini masih mengharapkan pihak kepolisian menuntaskan kasus tewasnya Brigadir J.Hal ini demi mewujudkan dan memenuhi hak asasi keluarga korban sebagai warga negara.

"Karena itu, dalam kesempatan ini kami mengadakan aksi 1.000 Lilin Keadilan bagi Brigadir Yosua Hutabarat," ujar dia.

Aksi 1.000 lilin ini melibatkan dan mengajak masyarakat (publik) sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan atas kematian Brigadir Yoshua Hutabarat

Jokowi Minta Kasus Kematian Brigadir Yoshua Diusut Tuntas, Jangan Ditutupi

Presiden Joko Widodo alias Jokowi meminta kasus tewasnya Brigadir Yoshua akibat adu tembak diusut hingga tuntas. Kepala negara ingin misteri kasus tersebut dibuka terang-benderang, sehingga tidak ada yang ditutupi.

Adapun terdapat insiden baku tembak antara Bharada E dan Brigadir Yoshua pada Jumat, 8 Juli 2022 di kediaman eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Istri Kadiv Propam disebut mengalami pelecehan seksual oleh Brigadir Yoshua. Dalam kejadian tersebut, Brigadir Yoshua dinyatakan meninggal dunia.

i"Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas. Buka apa adanya. jangan ada yang ditutup-tutupi. Transparan. Sudah," kata Jokowi di Pulau Rinca, NTT, Kamis 21 Juli 2022.

Menurut pria asal Surakarta, Jawa Tengah ini masyarakat perlu mengetahui fakta yang sebenarnya, sehingga tidak timbul keraguan dari masyarakat. Jokowi tidak ingin kepercayaan publik kepada Polri luntur.

"Itu penting untuk agar masyarakat tidak ada keragu-raguan terhadap peristiwa yang ada. Ini yang harus dijaga, kepercayaan publik terhadap Polri harus dijaga," ujarnya.

Kamarudin Simanjuntak, Pengacara Keluarga Almarhum Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, menemukan bukti baru terkait dugaan pembunuhan berencana yang menewaskan kliennya.
Kamarudin Simanjuntak, Pengacara Keluarga Almarhum Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, menemukan bukti baru terkait dugaan pembunuhan berencana yang menewaskan kliennya.

Pengacara Sebut Banyak Bukti Dugaan Brigadir Yoshua Disiksa

Kuasa Hukum atau pengacara keluarga Brigadir Yoshua, Kamaruddin Simanjuntak menyebut dugaan penyiksaan terhadap almarhum, seperti kuku sudah dicabut, jari patah, dan luka sayatan yang diduga berasal dari senjata tajam.

Sehingga Kamaruddin mengatakan, telah terjadi dugaan penyiksaan terhadap Brigadir Yoshua sebelum dia meninggal. Sehingga hal ini harus dibongkar oleh pihak kepolisian.

"Sampai jarinya patah semua ini sehingga tidak lagi, kenapa tidak copot hanya karena kulitnya saja, dia sudah remuk hancur. Kemudian kukunya dicabut, nah kita perkirakan dia masih hidup waktu dicabut, jadi ada penyiksaan. Nah, oleh karena itu ini ada di bagian kaki ada luka sayatan," tutur Kamarudin kepada wartawan, Kamis 21 Juli 2022.

Kamaruddin mengungkapkan, pelaku yang diduga telah meyiksa Brigadir Yoshua adalah psikopat. Sebab ditemukan berbagai bentuk kekerasan terhadap jenzah Brigadir Yoshua.

"Oleh karena itu saya sangat yakin betul bahwa ini adalah ulah psikopat atau penyiksaan. Oleh karena itu kita menolak cara-cara seperti ini di negara Pancasila,' tegasnya.

Menurut Kamarudin, masih sangat banyak polisi baik di negeri ini. Jangan sampai karena segelintir anggota yang diduga bermasalah, membuat rusak nama baik perwira lainnya.

"Jadi kita beri lah kesempatan kepada penyidik supaya penyidik menyidik dengan baik dan dalam pemeriksaan saya juga lihat sudah melibatkan Brimob ya, unsur Brimob menggunakan senjata laras panjang yang memakai baju yang loreng-loreng. Artinya ada peningkatan pengamanan yang luar biasa walaupun mereka polisi supaya tidak ada yang mengganggu kinerja mereka," jelas dia.

 

Infografis Dugaan Pembunuhan Berencana di Balik Kematian Brigadir Yoshua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dugaan Pembunuhan Berencana di Balik Kematian Brigadir Yoshua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya