Moeldoko: Mafia Logistik Bekerja dari Hulu Sampai Hilir, Kita Harus Setop

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta semua pihak bekerja untuk memastikan perbaikan tata kelola di kawasan pelabuhan. Termasuk, salah satunya mencegah pelaku usaha terbebani dengan praktik korupsi mafia logistik.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 29 Okt 2022, 10:28 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2022, 10:28 WIB
moeldoko
Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko saat mengikuti rapat terbatas terkait percepatan penurunan stunting di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (11/1/2022). (Foto: Kantor Staf Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta semua pihak bekerja untuk memastikan perbaikan tata kelola di kawasan pelabuhan. Termasuk, salah satunya mencegah pelaku usaha terbebani dengan praktik korupsi mafia logistik.

Moeldoko pun menegaskan pentingnya reformasi tata kelola di pelabuhan sebagai etalase Indonesia dan pintu masuk utama perdagangan internasional ekspor-impor. Menurut dia, masyarakat akan dirugikan apabila tata kelola pelabuhan tak efektif dan efisien.

"Apabila tidak efektif dan efisien, apalagi koruptif, pelabuhan dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Ujungnya, masyarakat dirugikan karena mendapat barang yang lebih mahal," kata Moeldoko dikutip dari siaran persnya, Sabtu (29/10/2022).

Kendati begitu, dia mengatakan yang membuat tata kelola tak efektif dan koruptif adalah mafia logistik. Oleh sebab itu, Moeldoko menekankan mafia logistik harus segera dihentikan melalui Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).

"Sebenarnya kurang tepat kalau orang katakan ada mafia pelabuhan yang menyebabkan tidak efektif dan koruptif, yang tepat adalah mafia logistik karena semua bermain dari hulu sampai hilir. Ini harus kita stop, lewat Stranas PK," jelasnya.

Biaya Tinggi

Berdasarkan laporan Bank Dunia tahun 2018, biaya logistik Indonesia yang sangat tinggi mencapai sekitar 23 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tingginya biaya logistik ini dipicu oleh beberapa faktor.

Salah satunya, birokrasi dan layanan di pelabuhan laut yang belum sepenuhnya terintegrasi dan tumpang tindih. Hal ini menjadi celah terjadinya praktik suap, pungli dan korupsi.

Moeldoko menuturkan tim Stranas PK melakukan beberapa aksi reformasi pelabuhan yang telah diterapkan. Misalnya, digitalisasi tata kelola pelabuhan melalui penggunaan aplikasi Phinisi yang datanya ter-interoperabilitas ke sistem INAPORTNET.

Selain itu, perbaikan sistem trucking, single billing, dan bongkar muat untuk mempercepat waktu sandar (port stay) dan _cargo stay_ juga telah dilakukan. Moeldoko mengklaim aksi perbaikan tata kelola ini berjalan baik di 14 pelabuhan di Indonesia.

"Saya mendapat laporan bahwa port stay di beberapa pelabuhan seperti Belawan, Makassar, Ambon dan Tanjung Priok turun dari 3 hari menjadi 1 hari, selain itu proses bongkar muat yang kapasitas semula hanya 8-10 TEUs/crane per jam, menjadi 35-40 TEUs/crane per jam," tutur Moeldoko.

Capaian ini mendukung arahan Presiden di dalam Inpres 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik. Untuk itu, Moeldoko meminta agar berbagai penyederhanaan prosedur untuk reformasi pelabuhan harus terus berjalan dengan memanfaatkan sistem teknologi yang terintegrasi dan handal.

"Selain itu, penguatan pengawasan dan layanan aduan pungli di pelabuhan harus diperkuat dan responsif, sehingga celah korupsi bisa ditekan sampai pada tahap minimal," pungkas Moeldoko.

Mengenai Stranas PK

Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 54 Tahun 2018, Stranas PK merupakan instrumen bagi K/L dan pemerintah daerah dalam melakukan aksi pencegahan korupsi di Indonesia.

Tim Stranas PK sendiri terdiri atas KPK, Kantor Staf Presiden, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PAN-RB dan Kementerian Dalam Negeri.

Infografis Kisah Dramatis dan Kesaksian Pilu Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kisah Dramatis dan Kesaksian Pilu Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya