Unjuk Rasa, Aliansi Mahasiswa Tolak Hadirnya Politik Dinasti

Puluhan mahasiswa di Solo, Jawa Tengah (Jateng) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solo Raya Menggugat turun ke jalan menggelar aksi demonstrasi untuk menolak politik dinasti Presiden Jokowi di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Jumat (3/11).

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 04 Nov 2023, 07:04 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2023, 18:01 WIB
Puluhan mahasiswa di Solo, Jawa Tengah (Jateng) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solo Raya Menggugat turun ke jalan menggelar aksi demonstrasi untuk menolak politik dinasti Presiden Jokowi di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Jumat
Puluhan mahasiswa di Solo, Jawa Tengah (Jateng) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solo Raya Menggugat turun ke jalan menggelar aksi demonstrasi untuk menolak politik dinasti Presiden Jokowi di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Jumat (3/11) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan mahasiswa di Solo, Jawa Tengah (Jateng) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solo Raya Menggugat turun ke jalan menggelar aksi demonstrasi untuk menolak politik dinasti Presiden Jokowi di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Jumat (3/11).

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (BEM UNS) Helmy Asidiqi mengatakan pihaknya mengkritik praktik politik dinasti Jokowi.

"Kami menyuarakan bersama-sama terkait penolakan akan politik dinasti, putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia capres-cawapres, sekaligus kinerja presiden Jokowi yang kami nilai gagal dalam menjalankan perannya sebagai kepala negara," ucapnya

Menurut Helmy, Jokowi baik dan bagus sebagai kepala keluarga, tetapi buruk sebagai kepala negara. Jokowi mampu mengantarkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi wali kota Solo dan kini sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Kemudian, mantunya, Bobby Nasution, untuk menjadi wali kota Medan, lalu mengantarkan anaknya, Kaesang Pangarep, untuk menjadi ketua partai.

"Jokowi berhasil mengantarkan anaknya (Gibran Rakabuming Raka) menjadi calon wakil presiden Indonesia. Maka, Kami nilai Jokowi jadi kepala keluarga yang baik. Akan tetapi, Jokowi telah menjadi kepala negara yang buruk," ungkap Helmy.

Sekitar 50 mahasiswa dari sejumlah kampus di Solo Raya yang menggelar aksi demonstrasi ini menentang keras praktik politik dinasti yang diduga kuat dilakukan Presiden Jokowi setelah gagal memuluskan isu tiga periode.

Dengan menjadikan keluarganya menduduki sejumlah jabatan, Jokowi dinilai terang-terangan menggunakan kekuasaannya untuk melanggengkan kekuasaan.

"Maka dari itu, Pak Jokowi perlu mengetahui bahwa Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan. Jangan gunakan hukum untuk memperawet kekuasaan. Dan jangan gunakan kekuasaan untuk mengutak-atik hukum," ujarnya di sela-sela demo.

Tidak Mempermainkan Aturan Negara

Sementara itu, Ketua BEM KM Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta Raafila Anbiya mengatakan pihaknya mengingatkan Jokowi agar tidak mempermainkan aturan negara untuk kepentingan politiknya.

"Negara bukan untuk main-main satu keluarga. Jangan sampai politik dinasti, jangan sampai aturan-aturan negara dipermainkan oleh satu keluarga," ungkapnya.

Raafila mengatakan aksi unjuk rasa hari ini sebagai wujud inklusivitas mahasiswa dalam sebuah gerakan untuk menyuarakan bersama apa yang harus dievaluasi saat ini.

"Dan bagaimana komitmen Jokowi untuk menyelesaikan janji-janjinya semasa kampanye dan menjabat," ujarnya.

Selain politik dinasti, aksi yang mengusung tema Orba Jilid 2 ini mengkritik persoalan pendidikan mahal, tindakan represif aparat keamanan, hukum yang tajam ke bawah, tumpul ke atas, hingga kesejahteraan rakyat.

Infografis MK Kabulkan Gugatan Syarat Kepala Daerah Kurang 40 Tahun Bisa Maju Pilpres. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis MK Kabulkan Gugatan Syarat Kepala Daerah Kurang 40 Tahun Bisa Maju Pilpres. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya