Liputan6.com, Jakarta Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna menilai konsep integrasi layanan transportasi umum yang diprogramkan Pemerintah Kota Tangerang untuk mengurangi kemacetan sudah cukup baik.
Simpul-simpul transportasi umum sudah banyak yang terkoneksi dengan terminal dan stasiun serta fasilitas publik. Sehingga ini cukup efektif dalam memudahkan aksesibilitas masyarakat perkotaan yang mobile.
Baca Juga
"Saya kira cukup baik. Tinggal bagaimana ke depan dikembangkan lebih inovatif lagi. Ide dan gagasan pengembangan harus terus dilakukan," kata Yayat saat dimintai tanggapan kemajuan kota Tangerang selama satu dekade dipimpin Wali kota Tangerang Arief R Wismansyah.
Advertisement
Ahli Planologi dan Tata Kota dari Universitas Trisakti ini menyampaikan, penguatan transportasi publik menjadi hal penting dalam penataan sebuah kota.
Apalagi kondisi Tangerang dengan tiga wilayah kabupaten, kota, dan Tangerang Selatan yang saling terhubung. Banyak masyarakat yang bekerja di pusat kota sehingga menimbulkan kemacetan.
Ia mendorong kebijakan transportasi umum Kota Tangerang terus dilakukan dengan inovasi pengembangan. Seperti kerja sama dengan Transjakarta dan juga mengintegrasikan dengan stasiun kereta api, bandara dan sarana lainnya.
"Bagus itu, tapi integrasi tidak hanya bicara moda saja. Bisa tidak (akses dan biaya) lebih terjangkau seperti Transjakarta," tandasnya.
Yayat berharap, inovasi transportasi publik di Kota Tangerang harus benar-benar dikelola secara profesional. Armadanya berkualitas, pelayanan maksimal, dan ada pengawasan. Ia tidak menginginkan Pemerintah Kota seperti bakar uang, tapi tidak memberi dampak perubahan pada tata kotanya.
"Kalau pengembangannya sekadar ada, masyarakat tidak akan tertarik naik angkutan umum. Konsepnya harus berubah, by the service," tegas dia.
Â
Melihat Perkembangan Penduduk
Ia menyarankan pemerintah kota Tangerang harus melihat perkembangan penduduk. Bagaimana kebutuhan masyarakat juga dapat terfasilitasi dari berbagai sektor.
"Kita harus bicara Tangerang hari ini dan Tangerang ke depan," tegas Yayat.
Ia menegaskan penataan sebuah kota sangat dipengaruhi struktur ruang yang didukung jaringan jalan, transportasi, air bersih, listrik, persampahan, dan drainase. Dinamika sekarang, jelas Yayat, kendala terbesarnya ada pada jaringan jalan yang tidak maksimal. Sementara volume kendaraan makin bertambah.
"Sehingga terjadi kemacetan pada jalan tertentu khususnya yang menghubungkan dengan pusat kota, seperti Tangerang-Jakarta," papar Yayat.
Tercatat ruas jalan di Kota Tangerang sebanyak 3.175 ruas. Terdiri dari jalan kota sebanyak 535 ruas dengan panjang 208,043 kilometer, ruas jalan lingkungan sebanyak 2.640 ruas dengan panjang 942,124 kilometer. Ditambah jembatan sebanyak 113 dengan panjang 1.437 meter.
Diketahui, Pemerintah Kota Tangerang sudah mengembangkan layanan transportasi umum melalui Bus Tayo dan Angkot si Benteng.
Dua moda transportasi ini terhubung ke berbagai fasilitas publik, terminal, stasiun dan feeder bus Transjakarta. Masyarakat dapat memanfaatkan sarana transportasi tersebut dengan mudah, murah, dan nyaman.
Kehadiran Bus Tayo dan angkot si Benteng diharapkan dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Masyarakat mau beralih ke transportasi umum guna mengatasi kemacetan di Kota Tangerang.
Advertisement