BMKG Persiapkan Penyelidikan Fenomena Gempa Bumi di Zona Megatrust

Ekspedisi ini akan meneliti setiap zona megatrust yang ada di Indonesia, termasuk Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, Lempeng Laut Maluku, dan Subduksi Utara Papua.

oleh Muhammad Ali diperbarui 19 Mei 2024, 18:07 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2024, 18:07 WIB
Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Instagram @dwikoritakarnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sedang mempersiapkan ekspedisi untuk menyelidiki fenomena kegempaan yang terjadi di zona megatrust di Indonesia. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penelitian dan pendataan yang dilakukan oleh BMKG dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Segala sesuatunya sudah mulai kami persiapkan, Pusat Penelitian, Latihan dan Pengembangan untuk menyempurnakan model gempa bumi dan tsunami kita," ujarnya dikutip dari Antara, Minggu (19/5/2024).

Ekspedisi ini akan meneliti setiap zona megatrust yang ada di Indonesia, termasuk Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, Lempeng Laut Maluku, dan Subduksi Utara Papua.

Sementara itu Kepala Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramadhani, menjelaskan bahwa ekspedisi akan dimulai di Batam, Kepulauan Riau, dan berakhir di Bitung, Sulawesi Utara pada tanggal 25 Agustus 2024.

Untuk melaksanakan ekspedisi ini, BMKG bekerja sama dengan OceanX, sebuah organisasi non-profit global yang bergerak dalam bidang eksplorasi laut. OceanX bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) untuk meneliti laut Indonesia.

Selain meneliti fenomena kegempaan, ekspedisi ini juga akan mengamati interaksi antara udara dan laut di perairan Indonesia. Penelitian akan difokuskan pada wilayah yang mempengaruhi variabilitas cuaca dan iklim Indonesia, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan ocean dipole di laut Banda, Selatan Jawa, dan Barat Sumatera.

 


BMKG Anggap Penelitian Ini Sangat Penting

BMKG menganggap penelitian ini sangat penting karena perubahan sirkulasi udara dan lautan secara alami serta faktor lainnya dapat mempengaruhi variabilitas iklim. Menteri Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkapkan bahwa baru 19 persen laut Indonesia yang telah dipetakan, padahal garis pantai Indonesia mencapai 108 ribu kilometer dan lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah perairan.

BMKG telah menyelesaikan persiapan tim dan membawa peralatan yang diperlukan untuk mengukur parameter-parameter yang relevan. Mereka terus berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagai leading sektor dalam ekspedisi ini.

 

Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6
Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya