Liputan6.com, Jakarta - Basarnas Jakarta turunkan alat Rescue Ekstrication Portable untuk mempermudah proses evakuasi pengangkatan jenazah korban pesawat jatuh di samping Lapangan Sunburst BSD, Kota Tangsel, Minggu (19/5/2024). Pesawat yang jatuh tersebut bertipe Tecnam P2006T dengan nomor registrasi PK-IFP, milik Indonesia Flying Club.
"Karena crash, jadi tubuh korban terjepit. Jadi dibutuhkan alat ekstrikasi,"ujar Kepala Basarnas Jakarta, Desiana Kartika Bahari, saat ditemui awak media di lokasi kejadian.
Baca Juga
Seperti diketahui, Rescue Ekstrication Portable atau peralatan ekstrikasi portabel merupakan jenis peralatan SAR yang digunakan dalam kecelakaan jalan raya dan juga bisa digunakan untuk proses evakuasi korban yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan.
Advertisement
"Untuk yang dua (korban) berada di dalam pesawat, yang satu di luar. Jadi yang sulit ini yang di dalam pesawat karena butuh kehati-hatian, supaya tidak apa ya, utuhlah istilahnya. Jadi tadi, karena crash, dia terjepit kita perlu hati-hati untuk menarik keluar,"ungkap Desiana.
Untuk itu, setiap korban yang terjebak di dalam badan pesawat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses evakuasi atau dikeluarkan dari badan pesawat.
Basarnas Jakarta saja, menerima laporan dan berhasil mengevakuasi korban pertama pukul 13.45 Wib. Kemudian korban kedua pukul 16.00 Wib dan evakuasi korban ketiga sekitar pukul 16.45 Wib. Sehingga dibutuhkan waktu hampir 3 jam untuk evakuasi ketiga korban.
"Kondisi ketiga korbannya utuh, kami pastikan,"ujarnya.
Seperti diketahui, dari data yang dihimpun, ketiga korban pesawat jatuh semuanya adalah awak pesawat atau tidak ada warga sipil yang menumpang pesawat tersebut. Mereka adalah Pulung Darmawan (39), Mayor (Putn) Suwanda, dan Farid seorang teknisi pesawat.
Terdengar Laporan Mayday
Sebelum pesawat jenis TecnamP20006T jatuh di samping Lapangan Sunburst, BSD Kota Tangerang Selatan (Tangsel), terdengar adanya laporan tanda bahaya atau Mayday oleh awak pesawat kepada menara pemantau, Minggu (19/5/2024).
Sebelum kejadian, pesawat berbadan kecil itu berasal dari Bandara Pondok Cabe, Pamulang, Kota Tangsel. Namun, saat hendak kembali ke bandara asal, sudah terjatuh.
"Mau kembali ke Pondok cabe. Terus ada 'mayday maday', habis itu hilang kontak,"ujar Kapolres Tangsel, AKBP Ibnu.
Pada saat kejadian pun, memang keadaan cuaca tengah hujan deras. Namun, Kapolres enggan memastikan apakah faktor cuaca menjadi salah satu penyebab kecelakaan naas tersebut.
"Memang pada saat kejadian tengah hujan. Tapi saya belum tahu dan bukan kewenangan saya untuk menduga seperti apa kronologinya karena masih dalam penelitian KNKT," ungkap Kapolres.
Advertisement