Liputan6.com, Badung Dalam gelaran World Water Forum ke-10, Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian meminta semua pihak harus memastikan solidaritas dan inklusivitas di antara seluruh negara dan pemangku kepentingan terkait air. Dirinya pun menekankan, semua pihak harus mendorong upaya inovatif untuk menjamin keberlanjutan sektor air.
“Kita harus memberikan hasil nyata terkait pengelolaan sumber daya air terpadu, serta akses terhadap air minum yang bersih dan aman serta sanitasi yang memadai,” ujarnya.
Baca Juga
Tito juga mengungkapkan, semua pihak harus membangun sinergi dalam berbagai proses yang terkait dengan pengelolaan air. Ia meminta keterlibatan seluruh pihak, mulai dari tingkat internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tingkat regional, nasional, bahkan hingga tingkat lokal untuk pengelolaan air.
Advertisement
"Proses-proses ini akan memastikan implementasi nyata dari target dan tujuan global terkait air, termasuk percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030," ungkapnya.
Tito menegaskan, pemerintahan seluruh dunia perlu menjalankan dengan sungguh-sungguh apa yang diucapkan dan mengubah diskusi menjadi tindakan. Ia menyebut, pembuatan kebijakan yang efektif dan komitmen jangka panjang terhadap solusi air akan menentukan keberhasilan pembahasan saat ini dan seterusnya.
“Oleh karena itu, Forum Air Dunia ke-10 harus menjadi mercusuar, yang memandu jalan kita menuju kerja sama yang inklusif, berdampak, dan saling menguntungkan, untuk melindungi generasi mendatang,” tegasnya.
“Ini adalah saat yang mendesak bagi umat manusia, karena pemerintah harus menunjukkan solidaritas dan berkolaborasi dalam mengatasi krisis air,” jelas Tito.
Suatu Kehormatan
Presiden Joko Widodo menyebut bahwa suatu kehormatan bagi Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Forum Air Sedunia (WWF) ke-10 untuk meneguhkan komitmen bersama dan merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan. Presiden menegaskan, tanpa air tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, dan tidak ada kehidupan.
“Sebagai negara dengan luas perairan yang mencapai 65%, Indonesia kaya kearifan lokal dalam pengelolaan air, mulai dari sepanjang garis pantai, pinggiran aliran sungai, sampai tepian danau," sebutnya.
"Masyarakat kami memiliki budaya terhadap air, salah satunya adalah sistem perairan subak di Bali, yang dipraktikkan sejak abad kesebelas yang lalu dan diakui sebagai warisan budaya dunia,” jelas Jokowi.
Dirinya mengungkapkan, bagi masyarakat Bali, air adalah kemuliaan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama-sama. Hal itu pun sejalan dengan tema WWF ke-10 yaitu “Air Bagi Kemakmuran Bersama” yang dapat dimaknai tiga prinsip dasar, yaitu menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan dan kerja sama inklusif, serta menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama.
“Di mana ketiganya hanya bisa terwujud dengan sebuah kata kunci, yaitu kolaborasi. Di Indonesia kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam merestorasi Sungai Citarum, serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di Waduk Cirata yang menjadi terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di dunia,” ungkap Jokowi.
Ia pun berharap, dunia bisa bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air.
“Bisa kita bayangkan, dari 72 persen permukaan bumi yang tertutup air, hanya 1 persen yang bisa diakses dan digunakan sebagai air minum dan keperluan sanitasi. Bahkan di tahun 2050, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan,” ujar Jokowi.
(*)
Advertisement