Jokowi soal Dolar AS Tembus di Atas Rp16.000: Agak Ngeri Juga

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui dirinya cemas melihat kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp16.000.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 28 Mei 2024, 09:35 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2024, 09:35 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di konferensi pers hasil pertemuan KTT ASEAN ke 42 khususnya terkait penguatan kerja sama ekonomi ASEAN pada 11 Mei 2023 di Labuan Bajo. (Dok BI)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di konferensi pers hasil pertemuan KTT ASEAN ke 42 khususnya terkait penguatan kerja sama ekonomi ASEAN pada 11 Mei 2023 di Labuan Bajo. (Dok BI)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui dirinya cemas melihat kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp16.000.

Dia mengatakan kenaikan kurs menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh semua negara.

"Kemarin kita agak ngeri juga waktu kurs rupiah ke dolar melompat di atas 16.000, 16.200. Kita mulai ketar ketir karena negara lain melompat," kata Jokowi dalam acara Inaugurasi GP Ansor di Istora Senayan Jakarta, Senin 27 Mei 2024.

Dia menuturkan bahwa kenaikan kurs akan berdampak pada harga barang, khususnya produk impor. Jokowi menyebut kurs dolar yang tinggi akan membuat harga barang menjadi naik.

"Begitu kuat dolar, hati-hati ada harga yang naik. Tapi kalau kuat rupiah, harga yang impor jadi jauh lebih murah. Ini yang ditakuti negara-negara, semua negara, kurs," jelas Jokowi.

Selain itu, dia juga mewanti-wanti soal perang yang masih terjadi di Palestina. Pasalnya, hal ini akan berdampak terhadap kenaikan harga minyak yang berimbas pada lonjakan harga barang-barang.

"Perang yang jauh dari kita bisa berpengaruh ke Indonesia. Kalau harga minyak karena produksi Iran turun, artinya semua barang-barang akan ikut naik," ujarnya.

Jokowi menyampaikan perang yang terjadi antar negara tak bisa dianggap remeh karena akan berpengaruh terhadap Indonesia. Dia mencontohkan perang di Ukraina yang membuat harga barang di Indonesia mengalami lonjakan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kenaikan Harga Barang

Kenaikan harga barang ini disebabkan Rusia dan Ukraina sebagai penghasil gandum terbesar sedang mengalami konflik. Sehingga, kedua negara tak bisa mengimpor gandum.

"Sehingga di sini harga mie naik, harga roti naik. Kelihatannya jauh banget. Itulah geopolitik kalau enggak dicermati," tutur Jokowi.

Kemudian, kata dia semua negara juga takut terhadap bunga pinjaman. Jokowi menuturkan ada negara yang rasio pinjamannya mencapai 220 persen dari PDB.

"Kita pada tataran kalau dibandingkan negara-negara lain kita ada di angka 39 persen. Itu sebetulnya masih jauh dari undang-undang yang memperbolehkan, yang jauh dari negara-negara lain yang tadi saya sampaikan," pungkas Jokowi.


Gubernur BI: Enggak Usah Kaget Enggak Usah Bingung

Bank Indonesia (BI) yakin nilai tukar rupiah akan cenderung terus menguat. Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh dampak positif respons bauran kebijakan moneter Bank Indonesia pada April 2024.

 "Enggak usah kaget enggak usah bingung gitu lho, Rp 15.990 alhamdulillah yang penting stabil di sekitar Rp 16.000 bahkan menuju ke Rp 15.900 dan seterusnya dari hari ke hari nilai tukar rupiah naik turun-naik turun. Secara keseluruhan Bank Indonesia melihat rupiah stabil dan akan cenderung menguat," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).

Optimisme tersebut muncul lantara, terdapat empat faktor utama yang mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Pertama, kembali masuknya portofolio asing; kedua, menariknya imbal hasil; ketiga, prospek ekonomi Indonesia yang bagus dibandingkan emerging market lainnya. Keempat, komitmen BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia dalam memitigasi dampak rambatan ketidakpastian global.

Tercatat nilai tukar Rupiah secara bulanan pada Mei 2024 (hingga 21 Mei 2024) kembali menguat 1,66 persen (ptp), setelah pada April 2024 melemah 2,49 persen (ptp). Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh dampak positif respons bauran kebijakan moneter Bank Indonesia pada April 2024.

Respons kebijakan ini mendorong aliran masuk modal asing, terutama ke SBN dan SRBI, sebesar USD4,2 miliar pada bulan Mei 2024.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya