Liputan6.com, Jakarta - Jamaah haji Indonesia akan dibekali kerikil untuk lontar jumrah sejak di Arafah. Layanan ini utamanya akan diberikan kepada jemaah haji yang melaksanakan mabit di Muzdalifah dengan skema murur.
Sebagaimana diketahui, Pergerakan jemaah haji Indonesia dari Arafah pada operasional haji 1445 H/2024 M terbagi dalam dua skema, yakni normal dan murur. Mabit dengan skema murur, yakni jemaah tidak turun dari bus saat melintas di Muzdalifah, tapi langsung diantar ke tenda Mina.
Baca Juga
"Kita juga telah memikirkan penyediaan kerikil untuk lontar jumrah. Jadi meskipun tidak turun di Muzdalifah, jemaah tidak perlu khawatir tidak dapat kerikil. Itu kami bekali sejak jemaah ada di Arafah," ujar Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid di Makkah, Sabtu (8/6/2024), seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Dia mengatakan, skema murur dalam pola pergerakan jamaah pada masa puncak haji ini baru kali pertama dilakukan Indonesia pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M.
Skema murur ini rencananya akan diikuti oleh 25 persen jemaah haji Indonesia atau sekitar 55 ribu orang. Mereka yang akan diprioritaskan ikut dalam skema murur adalah jemaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabiltas, serta para pendamping lansia.
Disiapkan 70 Kerikil Tiap Jemaah
Subhan mengatakan pihak mashariq akan menyiapkan kantong berisi kerikil sejumlah 70 buah untuk setiap jemaah, cukup untuk keperluan lontar jumrah Aqobah hingga selesai Nafar Tsani.
Pemberian kerikil ini, kata Subhan, akan dilakukan bersamaan dengan pemberian makanan berat yang ditujukan sebagai layanan konsumsi di Muzdalifah.
"Jadi nanti, pada saat jamaah di Arafah akan ada pembagian kantong kerikil beserta snack berat untuk di Muzdalifah. Nah ini dua-duanya dibawa. Jangan ditinggal di Arafah ya," kata Subhan.
"Snack-nya dikonsumsi oleh jamaah saat di Muzdalifah, terutama bagi mereka yang tidak ikut murur. Sambil menunggu pemberangkatan ke Mina bisa sambil konsumsi snack berat. Sementara untuk kantong kerikilnya nanti akan kita gunakan saat melakukan lontar jumrah di Mina," katanya.
Advertisement
Siapkan 4 City Bus untuk Jemaah Haji Skema Murur
Sebelumnya diberitakan, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan memberlakukan skema murur saat mabit di Muzdalifah. Skema ini utamanya diperuntukkan bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya.
Pergerakan jemaah haji Indonesia dari Arafah pada operasional haji 1445 H/2024 M terbagi dalam dua skema, yakni normal dan murur. Pola normal adalah sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah haji dari Arafah menuju Muzdalifah.
Sementara Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Jemaah haji Indonesia saat di Arafah akan menempati 1.269 tenda yang terbagi dalam 73 maktab atau markaz. Menurut Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag), Subhan Cholid, setiap maktab akan disiapkan 10 bus yang akan membawa jemaah dari Arafah.
“Sebanyak enam bus setiap maktab disiapkan untuk membawa jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah secara taraddudi. Sedang empat city bus disiapkan untuk membawa jemaah dari Arafah lalu melintas di Muzdalifah dan langsung ke Mina. Jadi untuk keperluan murur, akan disiapkan empat city bus per Maktab,” jelas Subhan Cholid di Makkah, Sabtu (8/6/2024).
Perjalanan dari Arafah Dilakukan Bersamaan
“PPIH Arab Saudi menargetkan ada 55.000 jemaah haji risti, lansia, disabilitas, berkursi roda dan para pendampingnya yang ikut dalam skema murur ini,” sambungnya.
Menurut Subhan, setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan Masyariq dan Naqabah (institusi transportasi Saudi) yang juga dihadiri pihak Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, serta beberapa kali proses simulasi dan ujicoba, disepakati bahwa pergerakan jemaah dari Arafah, baik dalam skema normal atau murur, akan dilakukan secara bersamaan.
Keberangkatan jemaah dari Arafah, baik skema normal maupun murur akan berlangsung sejak pukul 19.00 waktu Arab Saudi. Petugas akan mengatur pergerakan jemaah menuju pintu pemberangkatan jemaah di setiap Maktab.
“Setiap maktab memiliki dua halte keberangkatan. Satu pintu untuk pemberangkatan jemaah dari Arafah dalam skema normal, satu pintu lainnya untuk skema murur. Untuk memudahan jemaah, dua pintu ini akan diberi tanda oleh Masyariq,” tegas Subhan.
"Kita harapkan proses pemberangkatan jemaah dari Arafah dengan skema murur selesai pada 22.00 waktu Arab Saudi," lanjutnya.
Advertisement