Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengatakan, ekonomi kreatif adalah sebuah pilar yang bisa menjadi tumpuan ekonomi Indonesia ke depannya. Karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah untuk memberikan platform.
“Harga untuk sebuah kreativitas itu tidak ternilai. Karena itu produk-produk ekonomi kreatif seperti film pendek itu senilai kerja keras kalian," kata Irene di The Ballroom, Djakarta Theatre XXI dalam acara Malam Anugerah Fesbul 2024, Minggu (17/9).
Baca Juga
Fesbul (Festival Bulanan) sendiri adalah sebuah program hasil kerjasama dengan Kemenparekraf dalam mencari film-film pendek terbaik setiap bulannya, dari sepuluh lokus (lokasi fokus) di seluruh Indonesia. Sudah berlangsung sejak tahun 2021, setidaknya Fesbul sudah mengumpulkan 1.905 judul film pendek dan melibatkan 1.710 komunitas film di berbagai penjuru Tanah Air.
Advertisement
Dari sepuluh lokus itu dipilih masing-masing dua judul film pendek sehingga terpilihlah 20 film pendek yang kembali dinilai oleh dewan juri, untuk menemukan lima film pendek terbaik. Pada gelaran di tahun 2022 dan 2023, Fesbul bersama Kemenparekraf sudah membawa lima judul film pendek terbaik ke movie market di The Cannes Film Festival 2023 dan Clermont-Ferrand International Short Movie Festival 2024.
Tak heran kalau akhirnya Fabien Penone selaku Duta Besar Prancis yang juga hadir dalam Malam Anugerah Fesbul 2024, begitu mengapresiasi langkah Fesbul tersebut. Dirinya bahkan menegaskan kalua terjalinnya hubungan antara Indonesia dan Prancis melalui film adalah salah satu prioritas Utama Presiden Emmanuel Macron.
“Kami sangat menyukai film dan perfilman di Indonesia begitu bagus. Sejak saya bertugas di Indonesia, saya bertemu dengan banyak sineas-sineas film negeri ini yang memiliki talenta, keberagaman dan kreativitas luar biasa. Clermont-Ferrand International Short Film Festival adalah festival film pendekterbesar di dunia. Melihat bagaimana film asal Indonesia hadir dalam movie market, saya rasa adalah bukti kalau memang sudah tampil sejajar dengan film kelas dunia lainnya,” papar Fabien.
Hal inilah yang semakin menguatkan kalau film pendek Indonesia sudah semakin diperhitungkan. Tak heran kalau akhirnya Wamenekraf Irene juga mengajak para filmmaker untuk menerapkan konsep berkelanjutan yakni profit, people and planet supaya dapat menghasilkan karya yang mampu menarik perhatian dunia.
“Film pendek tidak boleh diremehkan. Kenapa? Karena lewat film pendek itu banyak pesan-pesan yang bisa kita sampaikan. Harapannya adalah semoga filmmaker bisa menjadikan ini sebagai sumber mata pencaharian. Sktor ini sangatlah penting tidak hanya untuk Indonesia tapi juga dunia. Sektor film telah mendapat perhatian global. Saya ingin filmmaker Indonesia berani mengambil kesempatan ini. Waktunya kalian untuk maju dan muncul, menunjukkan diri kalian karena suara kalian layak didengar dan penting,” tambah Wamenekraf Irene Umar.
Dengan berbagai harapan itu, Abdul Manaf selaku founder Fesbul juga tak menampik kalau film pendek di Tanah Air saat ini memang butuh untuk terus diperhatikan karena posisinya yang semakin genting, padahal memiliki dampak penting bagi perkembangan industri film keseluruhan.
“Fesbul ada di sini, itu berkat yang saya yakini, doa dan harapan dari teman-teman semua. Tanpa kami sadari, industri film pendek baik di Indonesia atau di luar negeri itu sama, seperti menaiki roller coaster yang tidak ada habisnya. Tapi tetaplah kalian para filmmaker untuk terus memiliki harapan. Tetappercaya bahwa dunia film suatu saat memang bisa menjadi penghidupan dan mata pencaharian,” ungkap Abdul Manaf.
5 Film Pendek Terbaik
- LAST CHICKEN ON EARTH (Lokus 3: DKI Jakarta, Jawa Timur) – Produksi Cinemahameru
- REALITA MERAJUT CITA (Lokus 2: Banten, Jawa Barat) – Produksi Prodi Film & Televisi UPI
- NO UFO SIGHTINGS IN A THIRD WORLD COUNTRY (Lokus 9: Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat) – Produksi Sunshower Film
- IN THE NEVER ENDING WHIRL OF A REEL (Lokus 3: DKI Jakarta, Jawa Timur) – Produksi Never-Ending Pictures
- KONTAPATI (Lokus 1: DI Yogyakarta, Jawa Tengah) – Rumah Produksi Asaloka Films
Advertisement