Pramono Akan Sholat Idul Fitri dan Gelar Open House di Balai Kota Jakarta

Pramono mengaku jadwal open house di Balai Kota Jakarta sengaja dibuat selaras agar tidak ada bentrok waktu dengan Istana Kepresidenan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro Diperbarui 25 Mar 2025, 15:16 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2025, 15:15 WIB
Gubernur Jakarta Pramono Anung
Gubernur Daerah Khusus Jakarta, Pramono Anung. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jakarta Pramono Anung akan melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Fatahillah, Balai Kota, Jakarta. Selanjutnya dia akan menggelar open house saat momentum hari raya Lebaran 1446 Hijriah.

Menurut dia, open house akan mengikuti jadwal dari Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara Jakarta.

"Memang saya akan ada open house, kalau Bapak Presiden juga menyelenggarakan open house," kata Pramono di Kompleks Balai Kota, Selasa (25/3/2025).

Pramono mengaku jadwal open house di Balai Kota Jakarta sengaja dibuat selaras agar tidak ada bentrok waktu dengan Istana Kepresidenan. Menurut dia, kalau Istana menggelar pukul 10.00 WIB maka Balai Kota akan mengikuti setelahnya, sekira pukul 13.00 WIB.

"Karena ini apapun yang namanya pemerintah Jakarta dengan pemerintah pusat itu sami'na wa atho'na, kalau memang pemerintah pusat open house, kami akan open house dan waktunya pada hari pertama lebaran, kalau Istana jam 10 tentunya kami setelah itu di jam 1," jelas Pramono.

Senada dengan itu, Ketua DPRD Jakarta Khoirudin mengatakan pihaknya juga akan menyelenggarakan open house. Dia menyatakan, open house adalah salah satu cara bersilaturahmi antara warga dengan para wakilnya yang duduk di legislatif.

"Open house menjadi sarana silaturahmi, tentunya kami membuka diri," tutur Khoirudin.

Khoirudin memastikan, DPRD Jakarta akan menyiapkan tema betawi untuk menu makanan saat open house. Satu sajian yang pasti ada nantinya adalah kerak telor.

"Masakan khas betawi menjadi menu utama, kemudian kerak telor, nasi uduk, dan soto betawi," tandas dia.

Promosi 1

Kemenag Gelar Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H pada 29 Maret 2025

Pemantauan Hilal Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah
"Hari ini apakah 29 hari atau 30 hari, kalau kita lihat periode lunasinya ada di 29,55," kata Khofif sebelum sidang isbat di Auditorium HM Rasjidi Kemenag, Jakarta Pusat. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)... Selengkapnya

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang penetapan (isbat) awal Syawal 1446 H pada 29 Ramadan yang bertepatan 29 Maret 2025. Menurut Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad, sidang isbat adalah metode yang selalu digunakan untuk menetapkan awal masuknya bulan baru seperti Ramadan pada beberapa waktu lalu.

"Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah," jelas Abu saat memimpin Rapat Persiapan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H di kantor pusat Kemanag, Jl MH Thamrin, Jakarta, Selasa (18/3/2024).

Abu menyampaikan, pada sidang isbat akan digunakan penggunaan metode hisab dan rukyat dalam  penentuan awal Syawwal. Hal itu merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam dan sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. 

"Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI dalam hal iji Menteri Agama dan berlaku secara nasional," ujar Abu.

Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

"Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat," tegas Abu.

Dijeskan Abu, setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal. Pertama, dimensi ta'abbudi. 

"Rukyat sejalan sunnah Nabi yang sudah dilakukan sejak dulu untuk melakukan rukyat saat akan mengawali atau mengakhiri puasa," ujarnya.

"Sunnah ini dipertegas oleh Fatwa MUI bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Ini juga bagian dari Syiar Islam. Ini penting," imbuh dia.

Infografis Tren Hantaran Lebaran Kekinian
Infografis Tren Hantaran Lebaran Kekinian (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya