Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Sulawesi Selatan, Qasim Mathar membantah telah mengeluarkan pernyataan bahwa Alquran perlu direvisi. Dia pun menanyakan, bagaimana bisa si penulis mengutip pernyataan yang tidak keluar dari mulutnya itu.
Terkait hal itu, Qasim mengaku enggan meributkan masalah ini. Dosen Sejarah dan Pemikiran Islam itu tidak akan mengambil langkah hukum kepada si penulis. "Sekalipun misalnya saya katakan (berita) itu keliru, tapi saya tidak akan mengambil tindakan hukum," kata Qasim ketika dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (29/7/2013).
Qasim juga mengaku telah memaafkan penulisnya. Sekalipun penulisnya tidak mengaku salah.
"Saya suka memaafkan orang, sekalipun orang itu tidak mengaku salah. Buat apa diperpanjang, kan akhirnya juga manusia sendiri yang menilai, ketika kita meninggal pun manusia itu sendiri yang akan menilai kebenaran yang kita katakan atau perbuatan yang kita buat, sehingga tidak perlu dibawa ke jalur hukum," ujar Qasim.
Namun, Qasim tetap mempertanyakan, dari mana kutipan itu berasal sehingga bisa dijadikan dasar pemberitaan. Apakah dari notulensi diskusi, atau dari rekaman diskusi itu lantas didengarkan kembali, atau dia hadir kemudian memahami dialog dan ucapan-ucapan pada diskusi itu lalu dipahami sendiri?
"Tanya saja kepada yang menyebarkannya, dia kutip dari mana peryataan saya itu? Saya baca itu (penulisnya) Rizkia," ucap Qasim.
Sebelumnya, Qasim Mathar disebut telah menyatakan Alquran perlu direvisi. Alasannya, Nabi Muhammad SAW sudah meninggal dan tidak cocok dengan perkembangan zaman. (Mut/Ism)
Terkait hal itu, Qasim mengaku enggan meributkan masalah ini. Dosen Sejarah dan Pemikiran Islam itu tidak akan mengambil langkah hukum kepada si penulis. "Sekalipun misalnya saya katakan (berita) itu keliru, tapi saya tidak akan mengambil tindakan hukum," kata Qasim ketika dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (29/7/2013).
Qasim juga mengaku telah memaafkan penulisnya. Sekalipun penulisnya tidak mengaku salah.
"Saya suka memaafkan orang, sekalipun orang itu tidak mengaku salah. Buat apa diperpanjang, kan akhirnya juga manusia sendiri yang menilai, ketika kita meninggal pun manusia itu sendiri yang akan menilai kebenaran yang kita katakan atau perbuatan yang kita buat, sehingga tidak perlu dibawa ke jalur hukum," ujar Qasim.
Namun, Qasim tetap mempertanyakan, dari mana kutipan itu berasal sehingga bisa dijadikan dasar pemberitaan. Apakah dari notulensi diskusi, atau dari rekaman diskusi itu lantas didengarkan kembali, atau dia hadir kemudian memahami dialog dan ucapan-ucapan pada diskusi itu lalu dipahami sendiri?
"Tanya saja kepada yang menyebarkannya, dia kutip dari mana peryataan saya itu? Saya baca itu (penulisnya) Rizkia," ucap Qasim.
Sebelumnya, Qasim Mathar disebut telah menyatakan Alquran perlu direvisi. Alasannya, Nabi Muhammad SAW sudah meninggal dan tidak cocok dengan perkembangan zaman. (Mut/Ism)