Di tengah kesibukan membenahi los (counter) yang telah dimiliki para pedagang Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, ternyata masih ada sebagian yang belum mendapatkan kios. Jangankan kunci, mereka bahkan masih berlalu lalang untuk menyuarakan nasib yang tak kunjung mendapatkan kupon undian kios. Ternyata, kios itu menjadi 'rebutan'.
Nasib itu menimpa Dewi Kaefi, pedagang mi instan dan kopi-teh di jalan depan masjid Al Makmur Tanah Abang. Ia mengaku kesulitan menempati los dengan nomor tempat usaha B.L01.DCT.003. Sebab hingga hari ini barang-barang di dalamnya belum juga dikosongkan oleh pedagang sebelumnya. Padahal, semua pedagang Blok G harus sudah berjualan pada 4 September 2013.
"Itu di los sayur. Pas jembatan ada warung padang. Di samping itu, nggak mau pindah orangnya. Dia jualan nasi goreng, padang juga," ujar Dewi di Gedung Blok G Tanah Abang, Selasa (27/8/2013).
Ia mengatakan, Senin 26 Agustus 2013 kemarin sempat terjadi pertengkaran antara dia dengan seorang pedagang ayam bernama Haji Udin, yang membela pemilik warung sebelumnya yang menolak pindah. Alasannya, warung tersebut sudah lama beroperasi di tempat itu. Haji Udin, menurut Dewi, juga beralasan bahwa daerah lantai 1 itu merupakan pasar tradisional.
"Katanya dia udah lama. Terus dia bilang kalau nggak ada pasar tradisional, Blok G itu nggak hidup. Padahal saya udah ada nomor losnya. Saya ngotot. Kemarin saya berantem. Haji Udin itu ngebelain, ada kongkalikong lah," tutur Dewi sambil menunjukkan kartu undian berwarna hijau dengan nomor verifikasi 12 yang ditandatangani oleh Kepala Blok G.
Dewi yang mengaku sudah berjualan di Pasar Tanah Abang sejak 15 tahun lalu itu pun melapor ke petugas pendaftaran. Bila hingga 2 pekan depan tidak juga mendapatkan los yang sudah menjadi haknya, Dewi dan 15 pedagang lain yang bernasib sama akan kembali ke jalan.
"Pedagang sini mah kompak. Ada 15 pedagang bermasalah semua, warung makan Padang sama Jawa itu pada nggak mau pindah. Galak semua. Mereka nggak daftar ulang. Mereka nggak ada kartu kuning, surat-surat nggak ada," tegas Dewi.
Setelah mengeluhkan masalahnya itu, pengelola gedung pun akan melaporkan kepada Kepala Blok G, Warimin. Mereka juga berjanji pada tanggal 2 September, tim dari pengelola akan melakukan penertiban terhadap warung-warung yang pemiliknya menolak pindah.
"Pengelola bilang nanti ada tim mereka yang urus. Tanggal 2 kemari lagi. Tim yang ngeberesin tanggal 2 itu. Yah, mudah-mudahan diselesain. Kalau nggak kita turun lagi ke jalan," pungkas Dewi.
Sementara ketika Liputan6.com mencoba mendatangi warung Rumah Makan Padang yang dimaksud, tidak terlihat aktivitas di tempat itu. Menurut pedagang di sekitarnya, pemilik warung tidak berdagang hari ini. (Tnt/Ism)
Nasib itu menimpa Dewi Kaefi, pedagang mi instan dan kopi-teh di jalan depan masjid Al Makmur Tanah Abang. Ia mengaku kesulitan menempati los dengan nomor tempat usaha B.L01.DCT.003. Sebab hingga hari ini barang-barang di dalamnya belum juga dikosongkan oleh pedagang sebelumnya. Padahal, semua pedagang Blok G harus sudah berjualan pada 4 September 2013.
"Itu di los sayur. Pas jembatan ada warung padang. Di samping itu, nggak mau pindah orangnya. Dia jualan nasi goreng, padang juga," ujar Dewi di Gedung Blok G Tanah Abang, Selasa (27/8/2013).
Ia mengatakan, Senin 26 Agustus 2013 kemarin sempat terjadi pertengkaran antara dia dengan seorang pedagang ayam bernama Haji Udin, yang membela pemilik warung sebelumnya yang menolak pindah. Alasannya, warung tersebut sudah lama beroperasi di tempat itu. Haji Udin, menurut Dewi, juga beralasan bahwa daerah lantai 1 itu merupakan pasar tradisional.
"Katanya dia udah lama. Terus dia bilang kalau nggak ada pasar tradisional, Blok G itu nggak hidup. Padahal saya udah ada nomor losnya. Saya ngotot. Kemarin saya berantem. Haji Udin itu ngebelain, ada kongkalikong lah," tutur Dewi sambil menunjukkan kartu undian berwarna hijau dengan nomor verifikasi 12 yang ditandatangani oleh Kepala Blok G.
Dewi yang mengaku sudah berjualan di Pasar Tanah Abang sejak 15 tahun lalu itu pun melapor ke petugas pendaftaran. Bila hingga 2 pekan depan tidak juga mendapatkan los yang sudah menjadi haknya, Dewi dan 15 pedagang lain yang bernasib sama akan kembali ke jalan.
"Pedagang sini mah kompak. Ada 15 pedagang bermasalah semua, warung makan Padang sama Jawa itu pada nggak mau pindah. Galak semua. Mereka nggak daftar ulang. Mereka nggak ada kartu kuning, surat-surat nggak ada," tegas Dewi.
Setelah mengeluhkan masalahnya itu, pengelola gedung pun akan melaporkan kepada Kepala Blok G, Warimin. Mereka juga berjanji pada tanggal 2 September, tim dari pengelola akan melakukan penertiban terhadap warung-warung yang pemiliknya menolak pindah.
"Pengelola bilang nanti ada tim mereka yang urus. Tanggal 2 kemari lagi. Tim yang ngeberesin tanggal 2 itu. Yah, mudah-mudahan diselesain. Kalau nggak kita turun lagi ke jalan," pungkas Dewi.
Sementara ketika Liputan6.com mencoba mendatangi warung Rumah Makan Padang yang dimaksud, tidak terlihat aktivitas di tempat itu. Menurut pedagang di sekitarnya, pemilik warung tidak berdagang hari ini. (Tnt/Ism)