Polisi masih menyelidiki kerusuhan yang terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Darus Solihin, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu petang 11 September kemarin. 1 Orang tewas akibat bentrokan yang diduga dipicu perbedaan paham atau keyakinan ini.
"Kami masih menyelidiki kasus ini. Sementara ada enam orang diamankan dan diperiksa di Mapolsek Puger," kata Kapolsek Puger AKP Mahrobi Hasan.
Massa menyerbu Ponpes Darus Solihin dengan menggunakan benda tumpul dan senjata tajam. Akibatnya, 10 unit sepeda motor dan beberapa bangunan di kompleks pesantren tersebut rusak karena dibakar dan dilempari batu.
Di tempat terpisah, sekitar 100 peserta dan panitia Ponpes Darus Solihin yang menggelar karnaval terlibat bentrok dengan aparat kepolisian hingga menyebabkan dua anggota Polsek Puger terluka.
Kerusuhan di pesantren terjadi karena massa menolak pawai karnaval yang digelar oleh Ponpes Darus Sholihin. Massa menyerang ponpes yang dijaga aparat kepolisian setempat. Kapolsek belum bersedia menjelaskan keenam orang yang diamankan tersebut dengan alasan masih menenangkan situasi dan kondisi di wilayah pesisir selatan Jember itu.
Pemicu
"Peristiwa itu bermula dari rencana kegiatan karnaval yang dilakukan oleh pengurus Ponpes Darus Solihin sejak sepekan lalu. Padahal polisi sudah berusaha menenangkan panitia untuk membatalkan atau menunda rencana mereka, karena massa di Puger menolak kegiatan karnaval itu," paparnya.
Polisi terpaksa melakukan blokade jalan yang akan dilalui oleh peserta karnaval yang disebut berasal dari kelompok Syiah. Namun puluhan orangtua peserta justru menerobos masuk dan terjadi aksi saling dorong antara aparat kepolisian dengan pengurus Ponpes Darus Solihin danorang tua peserta karnaval.
"Kami hanya mencoba mengamankan karena ada massa yang mengancam akan melakukan tindakan anarki apabila karnaval tetap digelar. Pengamanan itu justru dianggap menghalangi peserta karnaval dan akhirnya terjadi bentrok," ucapnya.
Saat karnaval berlangsung, kemudian kerumunan orang yang disebut dari kelompok Sunni mendatangi kompleks pesantren yang kondisinya sepi dan hanya dijaga puluhan aparat kepolisian. Mereka melakukan tindakan anarki hingga menyebabkan beberapa bangunan masjid, kantor, dan kamar santri rusak. Serta sekitar 10 lebih unit motor yang diparkir di kompleks ponpes juga rusak.
Ketua Panitia Karnaval, Habib Isa Mahdi, mengatakan pihaknya hanya menggelar karnaval untuk memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan RI dan peristiwa kerusuhan tersebut seharusnya tidak terjadi. "Kami meminta aparat kepolisian dan Muspika Puger mengusut tuntas pelaku perusakan di Ponpes Darus Solihin," kata Habib Isa.
Pascabentrokan dan kerusuhan itu, ratusan anggota polisi, Brimob Polda Jatim dan TNI disiagakan di kawasan Ponpes Darus Solihin dan sekitarnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. (Ant/Ism/Yus)
"Kami masih menyelidiki kasus ini. Sementara ada enam orang diamankan dan diperiksa di Mapolsek Puger," kata Kapolsek Puger AKP Mahrobi Hasan.
Massa menyerbu Ponpes Darus Solihin dengan menggunakan benda tumpul dan senjata tajam. Akibatnya, 10 unit sepeda motor dan beberapa bangunan di kompleks pesantren tersebut rusak karena dibakar dan dilempari batu.
Di tempat terpisah, sekitar 100 peserta dan panitia Ponpes Darus Solihin yang menggelar karnaval terlibat bentrok dengan aparat kepolisian hingga menyebabkan dua anggota Polsek Puger terluka.
Kerusuhan di pesantren terjadi karena massa menolak pawai karnaval yang digelar oleh Ponpes Darus Sholihin. Massa menyerang ponpes yang dijaga aparat kepolisian setempat. Kapolsek belum bersedia menjelaskan keenam orang yang diamankan tersebut dengan alasan masih menenangkan situasi dan kondisi di wilayah pesisir selatan Jember itu.
Pemicu
"Peristiwa itu bermula dari rencana kegiatan karnaval yang dilakukan oleh pengurus Ponpes Darus Solihin sejak sepekan lalu. Padahal polisi sudah berusaha menenangkan panitia untuk membatalkan atau menunda rencana mereka, karena massa di Puger menolak kegiatan karnaval itu," paparnya.
Polisi terpaksa melakukan blokade jalan yang akan dilalui oleh peserta karnaval yang disebut berasal dari kelompok Syiah. Namun puluhan orangtua peserta justru menerobos masuk dan terjadi aksi saling dorong antara aparat kepolisian dengan pengurus Ponpes Darus Solihin danorang tua peserta karnaval.
"Kami hanya mencoba mengamankan karena ada massa yang mengancam akan melakukan tindakan anarki apabila karnaval tetap digelar. Pengamanan itu justru dianggap menghalangi peserta karnaval dan akhirnya terjadi bentrok," ucapnya.
Saat karnaval berlangsung, kemudian kerumunan orang yang disebut dari kelompok Sunni mendatangi kompleks pesantren yang kondisinya sepi dan hanya dijaga puluhan aparat kepolisian. Mereka melakukan tindakan anarki hingga menyebabkan beberapa bangunan masjid, kantor, dan kamar santri rusak. Serta sekitar 10 lebih unit motor yang diparkir di kompleks ponpes juga rusak.
Ketua Panitia Karnaval, Habib Isa Mahdi, mengatakan pihaknya hanya menggelar karnaval untuk memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan RI dan peristiwa kerusuhan tersebut seharusnya tidak terjadi. "Kami meminta aparat kepolisian dan Muspika Puger mengusut tuntas pelaku perusakan di Ponpes Darus Solihin," kata Habib Isa.
Pascabentrokan dan kerusuhan itu, ratusan anggota polisi, Brimob Polda Jatim dan TNI disiagakan di kawasan Ponpes Darus Solihin dan sekitarnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. (Ant/Ism/Yus)