Jakarta Animal Aid: Topeng Monyet Bisnis yang Kejam

Selain mengkampanyekan Jakarta bebas topeng monyet 2014, Gubernur Jakarta Jokowi juga harus menyadarkan masyarakat tentang eksploitasi satwa

oleh Luqman Rimadi diperbarui 22 Okt 2013, 16:40 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2013, 16:40 WIB
monyet2-131022b.jpg
Walau banyak pihak pesimistis Jakarta bebas topeng monyet, namun organisasi pecinta binatang Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yakin upaya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo itu akan berhasil. Jokowi diharap tak hanya menyita atau membeli monyet-monyet dari para pawang, tapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa topeng monyet adalah bentuk kejahatan terhadap satwa.

"Masyarakat harus tahu, cara pemeliharaan monyet yang dilakukan mereka sangat kejam. Kami lihat cara mereka melatihnya. Gigi monyet itu dipotong, mereka diisolasi, untuk mendapat sedikit makanan mereka harus kerja keras, dan penyakitan," ujar Koordinator Perlindungan Satwa Liar JAAN, Femke den Hass kepada Liputan6.com, selasa, (22/10/2013).

Menurut perempuan berkebangsaan Belanda itu, sebagian kalangan masyarakat Indonesia masih banyak beranggapan kalau topeng monyet adalah budaya atau tradisi turun temurun yang dianggap sebagai hiburan. Padahal, saat ini topeng monyet adalah bentuk eksploitasi manusia terhadap hewan untuk mendapatkan uang semata.

"Topeng monyet bukan tradisi, tak lebih dari bisnis yang kejam. Para pawang itu menyewakannya kepada orang lain, kepada para anak-anak jalanan. Kemudian anak-anak itu mereka mintai uang setoran sebesar Rp 30 ribu per hari," ungkap Femke.

Karena itu, menurut Femke, para pawang monyet tersebut tidak hanya melakukan ekspoitasi terhadap monyet. Namun juga para anak-anak jalanan yang selama ini berprofesi sebagai pengamen topeng monyet, yang biasa beroperasi di persimpangan jalan atau dikampung-kampung.

"Mereka sewa keanak jalanan, wajib setoran 30 ribu, bila tidak sampai target, maka anak-anak itu tidak dapat makan, dan harus berhutang. Jadi tidak hanya monyet yang mereka siksa, tapi juga para anak-anak," ujar Femke berlogat Belanda.

Karena itu, Femke mengaku, sebelum Jokowi menargetkan Jakarta bebas topeng monyet 2014, pihaknya gencar mengkampanyekan penolakan topeng monyet. Bahkan, saat masa pemerintahan sebelumnya, JAAN terlibat penyitaan puluhan monyet yang dipekerjakan sebagai topeng monyet.

"Dari 2009 kami sudah lobi pemerintah untuk hentikan topeng monyet ini. Dan di 2010 apa yang kami inginkan direspon Bapak Fauzi Bowo. Kami pun akhirnya ikut menyita sebanyak 50 monyet di beberapa tempat," beber Femke.

Terkait berapa jumlah monyet yang saat ini dijadikan topeng monyet, ia mengaku mempunyai data tersendiri. Menurutnya, sejak 2009, jumlah populasi tukang topeng monyet terus bertambah. Pada 2012, jumlah monyet yang dipekerjakan sebanyak 300 ekor yang tersebar di beberapa titik wilayah DKI Jakarta.

"Berdasarkan riset yang kami lakukan tren-nya dari 2009 terus naik, 2012 sebanyak 350 ekor. Namun 50 ekor bersama dengan Pemda DKI, kami menyita 50 ekor. Jadi mungkin saat ini sekitar 300 jumlahnya," imbuh Femke. (Rmn/Ism)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya