Waspada! Narkoba Asal China Kuasai Indonesia

BNN memastikan suplai narkoba jenis sabu di Indonesia kini paling banyak dari China.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 15 Jan 2014, 14:42 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2014, 14:42 WIB
sumirat-siang-140115b.jpg
Suplai narkoba jenis sabu ke Indonesia kini telah mengalami perubahan. Jika sebelumnya suplai lebih banyak dari Malaysia, India dan negara-negara di Afrika, kini China menjadi penyuplai sabu terbesar ke Indonesia.

"Saat ini trennya mulai berubah. China tampaknya mulai jadi negara penyuplai sabu ke Indonesia," kata Kepala Bagian Humas BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto di kantor BNN, Cawang, Jakarta, Rabu (15/1/2014).

Sumirat mengatakan, salah satu indikasi China menjadi negara penyulai baru sabu ke Indonesia dalam waktu singkat karena banyak kurir yang masuk ke Indonesia membawa narkoba dari China.

"Sejauh ini sudah ada 3 tersangka dengan total 16 kg sabu dari China. Belum lagi, hasil tangkapan Bea Cukai dan Direktorat IV Mabes Polri yang baru-baru ini diungkap," lanjutnya.

Hal itu diperkuat dengan informasi terbaru yang didapat BNN, bahwa Kepolisian China menggerebek satu kampung di China. Ternyata, sebagian besar warga kampung itu merupakan produsen sabu.

"Seperti diketahui, China saat ini memiliki tanaman efedra yang merupakan penghasil efedrin pada akhirnya menghasilkan methamphetamina (sabu)," jelasnya.

Sumirat menjelaskan, Produktifitas China semakin meningkat karena didukung semakin sempitnya ruang gerak para bandar dan produsen sabu dari negara-negara lain. Sehingga, China jadi pilihan untuk tetap menjalankan bisnisnya.

"Produsen seperti Iran, India, Malaysia, Nigeria saat ini sedang diprofiling. Jadi mereka beralih ke China," terangnya.

Selain memproduksi, para produsen sabu asal China juga mengirimkan kurir asal negaranya. Alasannya, biaya pengiriman lebih murah dibanding menggunakan jasa TKI.

Hal itu terjadi pada kasus terakhir yang diungkap BNN. WN China berinisial ZH ditangkap pada Senin 16 Desember 2013. ZH menyelundupkan 1.050,8 gram sabu lewat Bandara Soekarno Hatta.

"Imbalannya hanya 4.000 RMB atau sekitar Rp 7,6 juta. Beda jauh dengan menggunakan jasa TKI. Imbalannya bisa Rp 30 juta sekali antar," tandasnya. (Adm/Ism)

Baca juga:
BNN Musnahkan 3 Kg Sabu dari `Si Kembar` dan WN China
Sabu dan Peluru Disita dari Sel Tahanan Lapas Nusakambangan
Modus Baru: Sabu 6 Kg Disimpan dalam Besi Tak Tembus X-Ray

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya