Kesibukan Adi Kurniawan seorang perajin bunga tiruan di kawasan jalan Magelang, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, semakin bertambah. Hal itu terjadi sepekan menjelang datangnya tahun baru Imlek.
Jika biasanya ia disibukkan merangkai bunga-bunga tiruan berbagai jenis, saat ini dirinya lebih disibukkan untuk memenuhi permintaan pembuatan bunga tiruan berjenis sakura dan bunga berwarna merah lainnya.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (28/1/2014), permintaan bahkan naik hingga 4 kali lipat dibanding biasanya. Warga etnis Tionghoa biasa menggunakan bunga merah untuk pajangan di rumah atau toko saat imlek.
Harga yang ditawarkan untuk bunga sakura tiruan berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu per pohon. Meski terjadi kenaikan pemesanan, perajin tidak berani menaikkan harga.
Sementara di Semarang, Jawa Tengah, jelang perayaan Imlek umat Tionghoa di Vihara Avalokitesvara Gunung Kalong, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, melakukan ritual memandikan puluhan patung Dewa.
Seluruh perlengkapan peribadatan dibersihkan semua termasuk tempat lilin dan dupa serta altar pemujaan lainnya.
Tradisi turun temurun itu dimulai setelah berdoa menghantar para Dewa dan Dewi naik ke langit. Air yang digunakan adalah air hujan yang ditadah langsung dari langit dicampur tiga jenis bunga. (Nfs/Mut)
Baca juga:
Jika biasanya ia disibukkan merangkai bunga-bunga tiruan berbagai jenis, saat ini dirinya lebih disibukkan untuk memenuhi permintaan pembuatan bunga tiruan berjenis sakura dan bunga berwarna merah lainnya.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (28/1/2014), permintaan bahkan naik hingga 4 kali lipat dibanding biasanya. Warga etnis Tionghoa biasa menggunakan bunga merah untuk pajangan di rumah atau toko saat imlek.
Harga yang ditawarkan untuk bunga sakura tiruan berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu per pohon. Meski terjadi kenaikan pemesanan, perajin tidak berani menaikkan harga.
Sementara di Semarang, Jawa Tengah, jelang perayaan Imlek umat Tionghoa di Vihara Avalokitesvara Gunung Kalong, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, melakukan ritual memandikan puluhan patung Dewa.
Seluruh perlengkapan peribadatan dibersihkan semua termasuk tempat lilin dan dupa serta altar pemujaan lainnya.
Tradisi turun temurun itu dimulai setelah berdoa menghantar para Dewa dan Dewi naik ke langit. Air yang digunakan adalah air hujan yang ditadah langsung dari langit dicampur tiga jenis bunga. (Nfs/Mut)
Baca juga: