Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bengkulu diancam bom berdaya ledak tinggi. Seorang komisioner dilaporkan disandera oleh orang tidak bisa menerima hasil penghitungan suara Pemilu Legislatif.
Namun, aksi penyerangan bom dan penyanderaan tersebut bukanlah aksi sungguhan, melainkan rangkaian simulasi yang digelar jajaran Polda Bengkulu dalam rangka Apel Konsolidasi Operasi Mantap Brata Pengamanan Pemilu 2014 yang dipimpin Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri dan Asisten Operasional Mabes Polri Brigjen Pol Tjiptono.
"Kita mengerahkan dua per tiga kekuatan untuk pengamanan guna mengantisipasi kerawanan Pemilu sesuai instruksi Kapolri," kata Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri saat memimpin simulasi tersebut di KPU Provinsi Bengkulu, Kamis (13/2/2014).
Pantauan Liputan6.com saat simulasi tersebut, kerumunan massa yang terkonsentrasi di depan kantor KPU berubah menjadi anarkis saat aparat melakukan upaya pengamanan.
Sebanyak 2 peleton unit Shabara Polda Bengkulu tidak dapat berbuat banyak saat massa mulai meringsek mendekati kantor KPU. Unit pengendali massa dari Satuan Brimob Bengkulu terpaksa melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan aksi.
Massa tetap beringas dan tidak bisa dibubarkan dengan upaya negosiasi. Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri terpaksa mengeluarkan instruksi pembubaran paksa secara keras.
Akhirnya, satuan Brimob terpaksa memukul mundur massa dengan menggunakan water canon dan menangkap beberapa pengunjuk rasa yang diduga sebagai provokator aksi. Tidak sampai di situ, beberapa peserta aksi berhasil masuk ke kantor KPU dan menyendera salah seorang komisioner.
Tak hanya menyandera, para penyusup itu ternyata juga membawa sebuah Bom. Namun, Polda Bengkulu melumpuhkan penyandera dan meledakkan bom tersebut. Hingga akhirnya simulasi tersebut dinyatakan selesai dan aparat kepolisian berhasil mengamankan hasil pemilu.
Pengamanan pemilu tersebut berlangsung selama 224 hari secara nasional dengan dikerahkannya sebanyak 253.035 anggota Polri yang dibantu 23.450 personil dari TNI dan 1.091.556 pengamanan Linmas sipil. Mereka dikerahkan untuk mengamankan proses Pemilu yang melibatkan 166.172.508 pemilih se-Indonesia. (Adm/Yus)
Baca Juga:
Salat Berhadiah Haji, Ribuan Warga Bengkulu Penuhi Masjid
Kepsek Dirampok, 420 Guru Bengkulu Mogok Mengajar
Tak Punya Gudang, KPUD Telantarkan Logistik Pemilu
Namun, aksi penyerangan bom dan penyanderaan tersebut bukanlah aksi sungguhan, melainkan rangkaian simulasi yang digelar jajaran Polda Bengkulu dalam rangka Apel Konsolidasi Operasi Mantap Brata Pengamanan Pemilu 2014 yang dipimpin Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri dan Asisten Operasional Mabes Polri Brigjen Pol Tjiptono.
"Kita mengerahkan dua per tiga kekuatan untuk pengamanan guna mengantisipasi kerawanan Pemilu sesuai instruksi Kapolri," kata Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri saat memimpin simulasi tersebut di KPU Provinsi Bengkulu, Kamis (13/2/2014).
Pantauan Liputan6.com saat simulasi tersebut, kerumunan massa yang terkonsentrasi di depan kantor KPU berubah menjadi anarkis saat aparat melakukan upaya pengamanan.
Sebanyak 2 peleton unit Shabara Polda Bengkulu tidak dapat berbuat banyak saat massa mulai meringsek mendekati kantor KPU. Unit pengendali massa dari Satuan Brimob Bengkulu terpaksa melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan aksi.
Massa tetap beringas dan tidak bisa dibubarkan dengan upaya negosiasi. Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Tatang Somantri terpaksa mengeluarkan instruksi pembubaran paksa secara keras.
Akhirnya, satuan Brimob terpaksa memukul mundur massa dengan menggunakan water canon dan menangkap beberapa pengunjuk rasa yang diduga sebagai provokator aksi. Tidak sampai di situ, beberapa peserta aksi berhasil masuk ke kantor KPU dan menyendera salah seorang komisioner.
Tak hanya menyandera, para penyusup itu ternyata juga membawa sebuah Bom. Namun, Polda Bengkulu melumpuhkan penyandera dan meledakkan bom tersebut. Hingga akhirnya simulasi tersebut dinyatakan selesai dan aparat kepolisian berhasil mengamankan hasil pemilu.
Pengamanan pemilu tersebut berlangsung selama 224 hari secara nasional dengan dikerahkannya sebanyak 253.035 anggota Polri yang dibantu 23.450 personil dari TNI dan 1.091.556 pengamanan Linmas sipil. Mereka dikerahkan untuk mengamankan proses Pemilu yang melibatkan 166.172.508 pemilih se-Indonesia. (Adm/Yus)
Baca Juga:
Salat Berhadiah Haji, Ribuan Warga Bengkulu Penuhi Masjid
Kepsek Dirampok, 420 Guru Bengkulu Mogok Mengajar
Tak Punya Gudang, KPUD Telantarkan Logistik Pemilu