Liputan6.com, Jakarta Umumnya banyak orang merasa uang atau kesepakatan bisnis yang berhasil adalah alasan untuk bahagia. Nyatanya, ada penelitian yang sudah dilakukan beberapa dekade yang membuktikan pemikiran itu salah.
Sayangnya, melespaskan pola pikir yang sudah melekat lama itu tidaklah mudah, seperti disampaikan profesor filsafat dan psikologi Universitas Yale Tamar Gendler dikutip dari CNBC Make It. Kuncinya terletak pada sifat sederhana yang dimiliki orang-orang dengan kesuksesan besar, yaitu kesadaran diri.
Advertisement
Di tempat kerja, kesadaran diri dapat membawa kepada komunikasi yang lebih efektif, hubungan yang lebih kuat, serta peningkatan kreativitas dan produktivitas.
Advertisement
Bagi Gendler, yang mempelajari bagaimana wawasan dari para cendekiawan kuno dapat memecahkan masalah modern, membangun sifat itu melibatkan memasuki Socrates dalam diri Anda.
Gendler dalam episode podcast-nya baru-baru ini “The Happiness Lab” berkata, “Socrates bersedia mempertanyakan segalanya.”
Filsuf Yunani yang lahir sekitar tahun 470 SM tersebut memiliki rasa ingin tahu dan kerap skeptis pada dirinya sendiri. Metode Socrates ini melibatkan menanggapi pertanyaan dengan pertanyaan, bukan jawaban langsung, untuk membantu orang lebih memahami keyakinan dan kemampuan mereka sendiri.
Pemahaman seperti inilah yang dibutuhkan orang untuk menjadi lebih sukses dan bahagia, menurut Gendler. Berikut adalah tips untuk melatih otak Anda menuju kesadaran diri yang lebih tajam:
Nasihat pertama yang diberikan Gendler adalah mulai mengatakan seperti yang dikatakan Socrates.
Filsuf sering bertindak seperti balita yang gigih, bertanya ‘mengapa’ dalam menanggapi setiap pernyataan atau pertanyaan, menurutny. Mulailah melakukan hal yang sama untuk pemahaman apa pun yang ingin Anda hindari atau lupakan.
Jika berkaitan dengan hal seperti uang, Anda bisa menanyakan pada diri sendiri: Mengapa uang akan membuat saya bahagia? Terakhir kali ketika mendapat uang, apa yang sebenarnya saya rasakan?
Dalam CNBC Make It, Gendler menunjuk ke studi tahun 1970-an saat peserta ditempatkan di dua jembatan, satu kokoh dan satu lagi tidak stabil.
Orang-orang di jembatan yang tidak stabil melaporkan bahwa mereka merasa lebih tertarik pada orang di samping mereka.
Bayangkan memiliki Socrates batin bersamamu di jembatan. Tokoh itu mungkin bertanya: Apakah ada penjelasan lain mengapa telapak tangan Anda berkeringat? Apakah Anda memperhatikan bahwa Anda sedang berdiri di jembatan?
Realisasi Kecil Dapat Berdampak Besar
Jika sulit untuk berlaku seolah memiliki interaksi nyata dengan seorang filsuf Yunani yang sudah lama pergi, bisa juga membayangkan mengobrol yang sama dengan salah satu teman Anda di kehidupan ini. Menurut Gendler, Anda mungkin bisa menolak sesuatu yang dikatakan teman, tetapi Anda mungkin tidak akan melakukannya dengan cara menghakiminya.
Jika tindakan itu masih belum berhasil pada Anda, cobalah melatih perhatian atau fokus penuh. Salah satunya, bermeditasi yang pada dasarnya sama bertanya pada diri sendiri ‘mengapa’ berulang kali melalui bentuk nonverbal. Ini akan membantu Anda mengabaikan gangguan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, menurut Gendler.
Tidak ada metode yang sempurna karena kesadaran diri sepenuhnya hampir tidak mungkin, dengan anggapan lain, yaitu kita akan selalu memiliki titik buta. Namun, hanya dengan bertanya mengapa Anda berpikir dan merasakan apa yang Anda lakukan bisa sangat membantu menghilangkan keyakinan yang tidak bermanfaat, menurutnya.
Kepada CNBC Make It, Gendler mengaku pernah bertanya kepada dirinya mengapa dia merasa frustasi, dia pun menemukan itu karena dirinya menunda-nunda sesuatu. Menanyakan mengapa dia menunda-nunda dapat membantunya mengungkap masalah mendasar, seperti tidak tahu apa langkah selanjutnya.
“Saya tidak pernah mencoba untuk sampai ke sana sekaligus, tetapi pertanyaan Socrates dapat membantu saya memahami ke arah mana saya harus pergi, untuk mengambil langkah selanjutnya." kata Gendler.
Advertisement