Umur Mobil Bermesin Bakar Cuma Sampai 2050, Kenapa?

Kendaraan bermotor menyumbang 14 persen dari emisi rumah kaca.

oleh Yongki Sanjaya diperbarui 26 Sep 2016, 12:45 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2016, 12:45 WIB
20160517-Uji-Emisi-Kendaraan-Bermotor-Jakarta-GMS
Kendaraan roda empat saat melakukan uji emisi di pintu satu Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (17/5). Pemkot Administrasi Jakpus melakukan uji emisi kendaraan selama tiga hari untuk mengevaluasi kualitas udara perkotaan. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Paris - Emisi kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebab meningkatnya suhu global. Untuk itu, mobil dengan mesin bakar dipaksa pensiun pada 2035.

Laporan Climate Action Tracker (CAT) sebagaimana dikutip Reuters, revolusi perlu untuk merespons kondisi ini dengan beralih ke mobil listrik dan mobil hemat energi. Sebab, kendaraan bermotor menyumbang 14 persen dari emisi rumah kaca.

Desember tahun lalu, para pemimpin dunia mengadakan pertemuan tingkat tinggi di Paris yang menetapkan batas kenaikan temperatur di bawah dua derajat Celcius. Sementara itu batas kenaikan temperatur bagi industri lebih ketat lagi, yakni 1,5 derajat Celcius.

Dengan pelarangan penjualan mobil bermesin bakar pada 2035, polulasi mobil yang masih mengandalkan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi bakal benar-benar hilang pada 2050.

"Ini mengejutkan karena sangat dini untuk melakukan perubahan besar pada industri otomotif secara keseluruhan," kata Niklas Höhne, dari NewClimate Institute.

Fase awal mengurangi produksi kendaraan konvensional telah dilakukan banyak pabrikan. Toyota contohnya, menargetkan 90 persen kendaraan baru mereka pada 2050 bebas emisi karbon dioksida.

"Bahkan, batas waktu 2035 untuk mobil penumpang yang berbahan bakar fosil bisa saja mundur. Semakin sedikit kita bergantung pada emisi negatif, berarti membutuhkan penyebaran teknologi maju secara masif," kata pakar iklim dan lingkungan Michiel Schaeffer.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya