Liputan6.com, Jakarta - Pemalsuan spesifikasi metal yang dilakukan oleh Kobe Steel mengharuskan pabrikan otomotif yang menggunakan produk Kobe Steel menginspeksi ulang kendaraannya. Terkait dengan hal tersebut, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto, mengungkapkan belum ada dampak yang membahayakan dari pasokan pelat dari Kobe Steel.
Baca Juga
Advertisement
"Pelat itu masih memenuhi kriteria internal Toyota dari sisi keamanan dan durability. Namun demikian, Toyota masih terus melakukan investigasi terkait dengan pengaruh pelat tersebut terhadap komponen material nonaluminium yang digunakan Toyota," ungkapnya melalui pesan tertulis.
TAM mengonfirmasi kasus ini belum memengaruhi kendaraan yang diproduksi maupun diimpor oleh Toyota Indonesia. "Jadi sejauh ini belum ada langkah recall yang dilakukan, namun Toyota tetap terus melakukan investigasi untuk memastikan apakah penggunaan pelat dari kobe steel ini berpengaruh terhadap komponen lainnya," sambungnya.
Dilansir Japantimes, salah satu pemicu terjadinya perbedaan spesifikasi dengan kondisi nyata adalah kurangnya sistem komputerisasi yang diterapkan di pabrik Kobe Steel. Sistem inspeksi yang belum mengadopsi sistem komputerisasi menjadi kesempatan bagi orang untuk memalsukan data inspeksi, ungkap Kobe Steel.
Saat ini Kobe Steel mengadakan investigasi internal untuk mengetahui akar masalah, serta mengukur seberapa besar dampak dari skandal ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Nissan Hentikan Produksi di 6 Pabrik Perakitan, Ada Apa?
Akibat skandal inspeksi akhir yang tidak dilakukan secara benar oleh Nissan Motor Corporation, akhirnya pabrikan asal Jepang ini menghentikan produksi di enam pabrik perakitannya di Negeri Matahari Terbit.
Melansir Reuters, Jumat (20/10/2017), penghentian produksi ini dilakukan selama dua minggu untuk mengonfigurasi ulang jalur inspeksi akhir unit Nissan yang diproduksi.
Untuk diketahui, akibat dari kasus inspeksi akhir unit yang tidak benar dan dilakukan oleh teknisi tidak berkualifikasi, pabrikan terbesar kedua di Jepang ini harus menarik 1,2 juta unit kendaraannya untuk diperbaiki.
Sebelum produksinya berhenti, Nissan bahkan sudah memperketat kontrol proses inspeksi, ketika isu kasus tersebut terungkap akhir bulan lalu.
Sementara itu, Nissan juga telah mengumumkan jika bakal ada sekitar 34 ribu tambahan unit yang bakal diperiksa ulang, dan kemungkinan besar bakal memperluas recall sebanyak 4 ribu unit. Dengan adanya isu ini, telah mencoreng merek Nissan di Jepang, dan bersamaan dengan skandal pemalsuan data spesifikasi aluminium oleh Kobe Steel.
Akibat dua kasus tersebut, banyak timbul pertanyaan terkait kualitas mobil yang dibuat di Jepang.
Advertisement