Liputan6.com, Tokyo - Toyota yakin di tahun 2025 mobil bertenaga hidrogen akan semurah mobil hybrid. Hal ini diucapkan saat Tokyo Motor Show 2017, menurutnya semakin lama biaya untuk memproduksi mobil berteknologi hidrogen akan semakin murah dan efisien.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Carscoops, Toyota yakin penjualan mobil hidrogen akan terus meningkat meskipun mobil elektrik memberikan ancaman tersendiri untuk hidrogen. Naomichi Hata, Manager Business Planning Toyota, mengungkapkan mobil hidrogen dan hybrid akan memiliki biaya yang sama di tahun 2025.
"Di awal tahuin 2020, kami akan meluncurkan teknologi terbaru dari hydrogen fuel stack, itu akan menjadi dorogan yang besar untuk perubahan," ucapnya kepada Autocar.
Saat ini produksi Mirai dibatasi 3.000 unit pertahun. Toyota berharap di tahun 2025 produksinya dapat meningkat hingga 10 kali lipat, atau 30.000 unit per tahun. "Dengan demikian, di Jepang setidaknya biaya produksi mobil hybrid maupun mobil hidrogen akan setara," sambung Naomichi .
Saat ini beragam pabrikan mobil fokus kepada mobil bertenaga baterai sebagai mobil masa depan. Namun, beberapa pabrikan seperti Honda, Hyundai, Kia, dan Audi mengikuti langkah Toyota dengan mengembangkan energi alternatif selain mobil listrik sepenuhnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masuk 2022, Kendaraan Listrik Menjadi Primadona
Kendaraan ramah lingkungan, seperti listrik dan hybrid, terus berkembang pesat. Tidak hanya secara global, tapi juga di Indonesia, khususnya motor listrik yang sudah mulai bermunculan di Tanah Air.Â
Namun, menurut sebuah laporan Markets and Markets, prediksi untuk pasar kendaraan hybrid bakal bernilai US$ 40,99 miliar atau setara dengan Rp 548,6 triliun, dan jumlah tersebut naik dibandingkan dengan tahun lalu, senilai US$18,8 juta.
Melansir Carscoops, ditulis Senin (30/10/2017), penjualan kendaraan hybrid tumbuh dari 1,8 juta unit pada 2016, menjadi 4,6 juta unit pada 2022. Peningkatan penjualan ini didorong dengan permintaan hemat energi dan peraturan emisi yang ketat di seluruh dunia.
Selama periode 2017 sampai 2022, kendaraan plug-in hybrid dan kendaraan listrik bakal meningkat popularitasnya, karena sebagian besar terkait inisiatif untuk memperbaiki infrastruktur pengisian baterai dan permintaan mobil elektrik atau hybrid di Tiongkok dan Jepang.
Sementara itu, penjualan plug-in hybrid dan mobil listrik di Amerika Serikat diprediksi bakal meningkat saat produsen mobil berusaha memenuhi peraturan efisiensi bahan bakar yang ketat.
Studi ini juga menegaskan, baterai lithium-ion, basis nikel, timbal asam, dan solid state, semuanya akan berperan dalam elektrifikasi pasar otomotif.
Advertisement