Tanpa Insentif Khusus, Bagaimana Nasib Esemka di Indonesia?

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tidak menyiapkan insentif khusus untuk pengembangan Esemka.

oleh Arief Aszhari diperbarui 15 Agu 2019, 10:01 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 10:01 WIB
Logo Esemka
Logo Esemka (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Mobil dengan merek asli Indonesia, Esemka bakal segera meluncur di pasar otomotif Tanah Air. Meskipun waktu pastinya belum diketahui, namun PT Solo manufaktur Kreasi (SMK), sebagai perusahaan yang membawahi mobil yang bakal diproduksi di Boyolali, Jawa Tengah ini sudah menyiapkan satu model pikap, bernama Bima sebagai kendaraan pertama yang bakal dijual di Indonesia.

Meskipun berstatus sebagai mobil dengan merek asli Indonesia, namun pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tidak menyiapkan insentif khusus untuk pengembangan Esemka.

"Tidak ada insentif lain untuk mendorong ini. Untuk mobil nasional kan ada AMMDes, dan ini yang kedua Esemka," jelas Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Harjanto saat ditemui di kantornya, belum lama ini.

Terkait Esemka yang masih akan menggunakan mesin konvensional, dan dalam waktu dekat payung hukum terkait mobil ramah lingkungan juga diterbitkan, muncul ketakutan jika harga mobil merek asli Indonesia ini tidak bisa bersaing.

"Kan ada PPnBM dan Perpres itu beda targetnya. Tapi paling tidak, kita sudah memulai membuat merek lokal, memanfaatkan komponen lokal. Secara umum kita mendorong penurunan emisi, jadi ada punish and reward di dalam PPnBM," tegasnya.

Sementara itu, Harjanto menjelaskan harmonisasi dalam PPnBM ini nantinya memiliki tujuan pemberian insentif atau rangsangan untuk produk dengan emisi rendah. Sedangkan untuk kendaraan dengan emisi tinggi, akan dikenakan pajak yang lebih besar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tidak Mau Diistimewakan

"Kita berharap, nanti mereka (Esemka) bisa berkembang terus, sehingga bisa mengarah ke arah program kita LCEV. Ini kita terus dorong, supaya mereka bisa switching ke teknologi. Makanya pemerintah menyiapkan, jika inovasi disiapkan insentif 300 persen," tambahnya.

Berbicara soal insentif, Presiden Direktur PT SMK, Eddy Wirajaya menjelaskan jika pihaknya tidak ingin mendapatkan perlakuan khusus. Artinya, tidak perlu ada insentif khusus, agar Esemka bisa bersaing di pasar otomtoif dalam negeri.

"Kami ikut regulasi saja. Tidak mau kesannya ada perlakuan khusus. Ikut aja," pungkasnya di tempat yang sama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya