Kecelakaan Lalu Lintas Lebih Mematikan dari Virus Corona, Dua Nyawa Melayang Tiap Jam

Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah, dan beberapa pemangku kepentingan

oleh Arief Aszhari diperbarui 11 Mar 2020, 19:01 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 19:01 WIB
Kecelakaan Lalu Lintas dan Kecelakaan Mobil
Ilustrasi Foto Kecelakaan Mobil (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah, dan beberapa pemangku kepentingan, serta berharapnya kesadaran berlalu lintas bagi pengendara agar angka kecelakaan ini bisa terus turun.

Dijelaskan Kasubdit SIM Ditregident Korlantas Polri, Kombes Pol Singgamata, jika melihat data angka kecelakaan lalu lintas 2018 ke 2019, dari segi kejadian terjadi peningkatan. Namun, dari segi fatalitas korban meninggal dunia mengalami penurunan.

"Atas usaha Polri, dan berbagai stakeholder dan pengguna jalan jumlah meninggal dunia karena kecelakaan memang menurun. Jika 2018 angka meninggal dunia kurang lebih 29.472 jiwa, sedangkan 2019 turun menjadi kurang lebih 25.671 jiwa," jelas Singgamata dalam talkshow di acara Jasa Marga Eco Driving, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Rabu (11/3/2020).

Lanjutnya, jumlah meninggal dunia karena kecelakaan dari 2018 ke 2019 memang mengalami penurunan 12 persen. Tapi, fakta tersebut tetap saja mengkhawatirkan, dan harus dicari solusinya untuk terus menurunkan angka kecelakaan dan korban meninggal dunia.

"Kalau dibikin rata-rata, kurang lebih ada 70 jiwa yang melayang karena kecelakaan per hari, atau setiap jam ada dua sampai 3 orang yang meningga dunia. Dengan tidak bermaksud mengecilkan virus Corona sebagai penyakit yang mematikan, ada penyakit di jalan yang juga menular yaitu tidak tertib dan agresif sehingga menyebabkan kecelakaan dan meninggal dunia," tegasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Terapkan Teknik Eco Driving

Sementara itu, terkait perilaku di jalan, Singgamata menjelaskan jika berkendara secara eco cukup penting, yaitu tetap irit bahan bakar dan tidak mengindahkan keselamatan berlalu lintas.

"Saya mengutip tiga saja terkait eco driving, yaitu menjaga jarak dalam berkendara, kecepatan tinggi jendela ditutup karena pengaruh dengan kestabilan, dan tidak agresif. Memang, jika pengendara terlalu agresif menjadi penyebab kecelakaan di jalan raya," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya