Liputan6.com, Jakarta - BMW Motorrad dikabarkan tengah mengembangkan "adik" BMW R18. Sosok itu disebut-sebut memiliki kode R12. Disebutkan, pengembangan model ini tak terlepas dari keberhasilan BMW R 18 di pasar.
Desain dan interpretasi wujud R 18 hampir seperti mahakarya. Meski guratnya tak berlebihan, nilai histori BMW benar-benar ditumpahruahkan. Hanya saja dalam perspektif modern: Berbekal perangkat serba canggih. Sayang jika sekadar ditranslasikan dalam wujud tunggal.
Ketika bicara cakup pandang opsi, kompetitor pun mampu menyediakan model-model variatif. Sebutlah Harley-Davidson, untuk melawan R 18 saja mereka punya sekian banyak bentuk. Dengan amunisi mesin Milwaukee 114.
Advertisement
Belum lagi masih tersedia style serupa dengan segmentasi bawah. Sementara BMW perlu berupaya dengan satu sosok. Berangkat dari dua poin itu, rasanya sudah masuk akal jika benar pabrik dari Bavaria memang dalam pengembangan membuat adik R 18.
Baca Juga
Lantas apa yang jadi basis motornya? Kami kira kode R12 cukup eksplisit menggiring ekspektasi ke platform R nine T. Ia sama-sama masuk kategori heritage. Tentunya dengan format mesin boxer, sesuai histori BMW. Dan secara teknis rasanya relevan kalau harus dijejal ke sebuah cruiser. Meski mungkin bakal ada penyesuaian soal rasio gear.
Adalah dapur pacu dua silinder boxer 1.170 cc 8-valve. Tenaganya mampu menoreh angka 112 Hp keluar di putaran rendah. Sementara torsinya juga kuat, sekitar 116 Nm pada rentang rpm bawah pula. Bukan sesuatu yang payah. Bahkan begitu bersaing dengan mesin volume setara milik rival.
Siapa tepatnya yang jadi kompetitor kalau model ini eksis? Tiada lain, ialah jajaran Sportster Harley-Davidson. Bukan seri 900 cc tentu. Melainkan jenis berjantung pacu Evolution V-Twin 1.200 cc. Salah satunya Forty-Eight.
Ia kerap menjadi pilihan utama bagi penggemar Harley-Davidson. Positioning-nya pas. Tak terlalu kecil, juga tak begitu besar. Wajar kalau digemari. Konfigurasi dua silinder khasnya sama-sama punya karakter kuat di putaran bawah. Namun kalau dibandingkan 1.200 cc BMW, outputnya kalah.
Potensi BMW kalau bermain di posisi ini semestinya cukup menjanjikan. Kita tahu, R 18 dibanderol dengan harga cukup tinggi. Sepertinya tak begitu mudah untuk diakses banyak orang.
Misal, di Indonesia nilainya tembus di agka Rp 1 Miliar. Andai saja bisa berkurang seperempat, bahkan sampai separuhnya, boleh jadi makin banyak mata melirik dan merasa rasional meminangnya.
Apalagi kalau fitur turunan dari R 18 bisa dipertahankan. Saat melihat kompetitor seperti tak ada apa-apanya. Lantaran ia memiliki segudang perangkat canggih demi membuat aman dan nyaman ketika mengendarai cruiser bongsor. Atau pun kalau dipangkas, setidaknya komputasi dasar di dalam motor sudah menarik.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
BMW R 18 Baru Tersedia dalam Dua Varian
Sejauh ini, sosok R 18 baru diterjemahkan dalam dua konsep. Yang dasar tampil minimalis tanpa banya aksesori, sementara satunya dipasang perlengkapan jelajah jauh. Seri standar dan touring memiliki selisih harga Rp 100 jutaan. Namun sama-sama tembus Rp 1 Miliar dalam kondisi On the Road.
Perbedaannya, versi touring dipasang windshield super tinggi untuk mengempas angin dan tak menyiksa wajah waktu berjelajah. Desain tepian mika serta penyangga begitu apik. Pas menghiasi wujud klasiknya. Dan juga, tambahan dua lampu LED bundar di sisi headlight – selain mendongkrak penampilan – berfungsi menambah penerangan di area-area minim pencahayaan.
Jika di edisi pertama hadir dalam format jok tunggal, seri ini pula ketambahan jok untuk penumpang. Busa serta dimensinya bukan asal-asalan sekadar ada. Tampaknya cukup nyaman diduduki. Secara bersamaan tak merusak tampilan lawas, alias proporsional.
Berikutnya, untuk menambah daya tampung, sisi kiri kanan bagian belakang digantungkan saddle bag. Sebetulnya memiliki material hard case agar tetap kuat dan memberi ruang maksimal. Namun difinishing apik oleh bungkusan kulit hitam bertekstur. Tentunya, sebagai pemanis ikatan memakai model sabuk.
Terakhir, peleknya diberi aksen berbeda. Terutama di depan. Diameternya 16 inci, dibalut ban ukuran 130/90. Alhasil dari tampak depan motor semakin terlihat beringas. Lebar dan berisi. Sementara sisanya, tetap mengadopsi basis first edition. Dari mulai teknis mesin sampai kelengkapan fitur.
Mesin dan teknologi seragam. Dapur pacu 1.800 cc boxer mampu meraih tenaga 91 Hp diraih mulai 4.750 rpm. Dan torsi 157 Nm keluar di rentang 2.000 rpm – 4.000 rpm. Titik fokusnya jelas memberi momen puntir sempurna, Klaimnya, ia dapat melesat hingga 178 kpj.
Advertisement
Fitur-Fitur
Komponen pendukung juga relevan dengan teknologi sekarang. Sistem suplai bensin sudah injeksi elektronik, yang seharusnya presisi mendistribusi bahan bakar. Dan mekanisme respons gas, pula dibungkus oleh teknologi mutakhir. Ia menganut sistem throttle-by-wire. Sebab itu ada mode berkendara beserta kontrol traksi elektronik.
Menariknya, girboks enam percepatan pun tak sebatas transmisi biasa. Sensor MSR bekerja untuk mengurangi efek engine brake terlalu heboh, ketika down shifting dari putaran tinggi. Mirip slipper clutch, tapi sepenuhnya pakai sistem komputer. Lantas penyaluran ke roda belakang, mengikuti sang leluhur pakai drive shaft yang diekspos pada sisi kanan. Harusnya, proses delivery tenaga lebih instan dan tangguh ketimbang rantai atau belt.
Untuk menyalakan motor, R 18 dilengkapi sistem kunci pintar. Cukup simpan remote di saku seketika sudah bisa menyala. Tapi, ada hal yang tetap dipertahankan konservatif. Untuk mengunci stang harus memutar anak kunci di sisi kanan frame. Dan buat pembuka tutup tangki, memakai kunci yang sama. Menarik bukan?
Lanjut soal deselerasi. Jika kompetitor merasa kombinasi dua cakram cukup, tidak bagi mereka. Roda depan dijaga dua cakram besar dengan kaliper empat piston masing-masing. Yang tentunya buatan Brembo. Pun di belakang, cakram diapit kaliper jenis sama. Tidak dibedakan sama sekali.
Masing-masing terkoneksi ABS demi keamanan saat hard braking. Dan uniknya, ketika mengoperasikan rem depan secara otomatis jepitan belakang ikut bekerja. Seperti mekanisme combi brake. Proporsinya dibagi 70 persen di depan dan 30 persen belakang. Kalau menginjak pedal rem kaki, sepenuhnya menghentikan roda belakang. Komplet.
Sumber: Oto.com
Infografis Jangan Sampai Ada Gelombang Kedua Covid-19
Advertisement