Menko Luhut Bantah Soal Tesla yang Sudah Tak Menggunakan Baterai Nikel

Polemik terkait baterai lithium ferro phosphate (LFP) dan nikel terus menjadi perbincanga

oleh Arief Aszhari diperbarui 28 Jan 2024, 22:14 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2024, 20:02 WIB
Perusahaan Asal Cina Bakal Buat Baterai Tanpa Nikel dan Kobalt (Paultan)
Perusahaan Asal Cina Bakal Buat Baterai Tanpa Nikel dan Kobalt (Paultan)

Liputan6.com, Jakarta - Polemik terkait baterai lithium ferro phosphate (LFP) dan nikel terus menjadi perbincangan. Hal tersebut, menyusul pernyataan dari Co-Captain Timnas AMIN Tom Lembong yang mengatakan Tesla sudah tidak lagi menggunakan baterai nikel manganase cobalt (lithium NMC) dan beralih menggunakan LFP.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pabrik Tesla di Shanghai, China tidak seratus persen meninggalkan nikel.

"Tidak benar pabrik di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya," jelas Luhut, melalui akun instagram resminya @luhut.pandjaitan, ditulis Kamis (25/1/2024).

Lanjut Menko Luhut, baterai mobil listrik berbasis nikel juga masih digunakan oleh produsen baterai asal Korea Selatan, LG untuk dipasok ke pabrik Tesla di Shanghai.

Namun, Luhut juga tak menampik jika memang sudah ada pabrikan yang memang mengarah menggunakan LFP. Hal itu, mengingat penelitian yang terus berkembang di industri baterai kendaraan listrik.

"Memang ada yang mulai LFP karena penelitian mengenai LFP makin berkembang. Ya memang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin kurang penggunaannya, makanya sebabnya, kita juga harus genjot juga. Tapi dengan tadi yang terukur," tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga nikel

Selain soal penggunaan baterai nikel dan LFP, Luhut juga menepis pernyataan Tom Lembong soal harga nikel yang terus anjlok. Bahkan, ia juga mengungkap data tren harga jual nikel dalam 10 tahun terakhir.

"Anda perlu melihat data panjang, 10 tahun, kan Anda pebisnis juga. Kan siklus dari komoditi itu kan naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah, atau emas. Apa saja," tegasnya.

Sementara itu, Luhut juga memberikan data terkait harga nikel dalam kurun waktu 10 tahun, yang dalam catatannya tidak terjadi perbedaan yang terlalu signifikan dari banderol nikel di dunia.

"Tapi kalau kita melihat selama 10 tahun terakhir ini harga nikel dunia itu ya di USD 15.000-an, bahkan pada periode 2014-2019, periode hilirissi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya USD 12.000," tukasnya.

 

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya