Amien Rais: PAN Tidak Mungkin Mendukung Ahok

Amien memastikan, kata Ahok tidak ada dalam kamus kader partai berlambang matahari terbit.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 20 Sep 2016, 19:17 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2016, 19:17 WIB
amien rais
Bapak Reformasi Indonesia, mantan Ketua PAN, Ketua MPR, Ketua Muhammadiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menyatakan, partainya‎ tidak mungkin mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017. Bahkan ia memastikan, kata Ahok tidak ada dalam kamus kader partai berlambang matahari terbit tersebut.

"Yang jelas PAN tidak mungkin Ahok. Dari ujung kaki sampai ke ujung rambut, bahkan sampai ke ujung langit, PAN tidak akan gabung ke Ahok," kata Amien di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9/2016).

Meski demikian, Amien mengaku bakal melihat perkembangan politik hingga PDIP sebagai partai terbesar di DKI Jakarta mengumumkan jagoannya. Selanjutnya, ia meramalkan adanya tiga paket pasangan yang bakal bertarung memperebutkan kursi DKI 1.

"PDIP akan umumkan nanti, (partai) sisanya itu akan membuat paket menarik. Saya kira sederhana sekali," imbuh dia.

Mantan Ketua MPR ini mencontohkan, jika PDIP sudah memastikan calon, selanjutnya partai lain bakal memunculkan dua pasangan untuk menjadi penantang. "PDIP ngusung, partai sisanya pecah jadi dua," tegas Amien.

Kedatangan Amien Rais sendiri ke gedung DPR ‎untuk menemui Wakil Ketua DPR yang juga kader PAN, Taufik Kurniawan dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Namun, agenda utama bertemu Zulkifli Hasan sia-sia karena yang bersangkutan tengah berada di luar kota.‎

Alhasil, ia hanya menemui Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Fadli Zon, dan Taufik Kurniawan guna membicarakan kondisi politik terkini.

"Saya memang tidak berhasil menguak apa yang dibilang Pak Zul, nah kira-kira nanti akan ada paket, saya tidak tahu pelaksanaannya. Saya bersama generasi muda, Fadli, Fahri, dan Taufik. Mudah-mudahan tidak ada black campaigne, pembunuhan karakter (di pilgub)," kata Amien.

Dia menilai, pilkada di Ibu Kota memiliki makna yang dalam. Terlebih kawasan ini menjadi pusat kekuatan politik dan ekonomi.

"Pilkada DKI memang sangat dalam maknanya, karena miniatur Indonesia, jadi contoh bagi yang lain. Jakarta berhimpit kekuatan politik dan ekonomi. Peredaran uang 75 persen lebih," ujar Amien.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya