Liputan6.com, Bandung - Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum atau Rindu, memiliki tekad untuk menyejahterakan seluruh warga Jabar.
"Jangan sampai ada satupun warga yang tidak ikut dalam kereta pembangunan," kata Ridwan Kamil melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (21/3/2018).
Menurut pria yang karib disapa Emil ini, selama blusukan ke berbagai daerah di Jabar, dirinya banyak menerima keluhan dari warga setempat yang merasa bahwa pembangunan di daerahnya tak memberikan kesejahteraan bagi warga.
Advertisement
Ridwan Kamil bercerita ketika dirinya blusukan ke Majalengka dan bertemu dengan warga setempat yang bernama Hasanudin. Emil mengaku Hasanudin curhat soal warga di Desa Sukamenak, Kertajati, dimana di tempat tersebut nantinya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) akan dibangun.
Wilayah tersebut, kata Emil, tiba-tiba banyak didatangi orang luar. Mereka datang untuk membeli tanah atau lahan warga. Dampak dari penjualan lahan itu, terjadi perubahan dari lahan produktif pertanian menjadi bangunan-bangunan. Sehingga, Emil juga berharap bahwa pembangunan di desanya memberikan lapangan kerja buat warga.
"Soal alih fungsi lahan itu menyangkut masalah tata ruang dan penegakan hukum. Ketika bangunan yang didirikan menyalahi tata ruang, maka pemerintah setempat wajib membatalkannya," ucapnya.
Selama menjadi Wali Kota Bandung, Emil mengaku dirinya berhasil menggagalkan 12 izin IMB karena tak sesuai dengan tata ruang. "Jadi masalah peralihan lahan, kebijakan pemerintah harus tegas," kata dia.
Adapun tentang konsep pembangunan yang melibatkan masyarakat, maka ketika pemerintah membuka kawasan baru, seperti bandara, kawasan industri dan sebagainya, Ridwan Kamil menegaskan jika masyarakat sekitar adalah orang pertama yang mendapatkan dampak dari pembangunan itu.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pelatihan Tenaga Kerja
Sehingga, Emil meminta agar pemuda setempat yang berada di kawasan terdampak pembangunan itu haruslah diberikan perhatian yang utama. Ia meminta agar pemuda setempat dibuatkan pelatihan-pelatihan khusus untuk kemudian mereka bisa dipekerjakan di industri tersebut.
"Oleh karena itu, arus industrialiasi harus linier dengan pendidikan. Kawasan industri harus membuat sekolah industri, dimana lulusannya kelak dapat disalurkan di industri tersebut," paparnya.
Selain itu juga, kata Emil, kurikulum di SMK juga harus diberi pelatihan tentang industri kekinian sehingga bisa mengoperasikan mesin-mesin canggih dan modern.
"Sekarang masih saja ada SMK yang prakteknya menggunakan mesin-mesin jadul, jadi ketika lulus bingung mengoperasikan mesin- mesin yang ada di industri. Jangan sampai ada warga yang hanya jadi penonton di daerahnya, padahal industri tumbuh di sana," jelas Emil.
Advertisement