Soal Kartu Baru Jokowi, Ma'ruf Amin Yakin Anggaran Tak Jadi Masalah

Masalah defisit yang terjadi dalam BPJS, menurut Ma'ruf, bukan menjadi penghalang Jokowi meluncurkan program kartu sakti.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2019, 09:56 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2019, 09:56 WIB
Ma'ruf Amin Kunjungi Pondok Pesantren An Nawawi
Cawapres Ma'ruf Amin saat mengunjungi dan memperkenalkan Ponpes An Nawawi kepada awak media. (Merdeka.com/Ahda)

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menyebut anggaran bukan masalah demi mewujudkan tiga kartu sakti baru capres Joko Widodo atau Jokowi. 

"Saya kira anggarannya bisa. Nyatanya kemarin bisa. Dan kita misalnya Kartu Indonesia Sehat," kata Ma'ruf di kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Selasa (26/2/2019).

Masalah defisit yang terjadi dalam BPJS, menurut Ma'ruf, bukan menjadi penghalang Jokowi meluncurkan program kartu sakti. Karena, kata Ketum MUI itu, sudah kewajiban negara memberikan santunan kesehatan kepada masyarakat.

Hanya saja dia menyarankan untuk mencari jalan keluar bersifat preventif terhadap kesehatan masyarakat. "Supaya makin sedikit, makin sedikit biaya yang ditanggung itu," imbuh Ma'ruf Amin.

Mustasyar PBNU itu pun menjawab mengapa momentum keluar kartu sakti Jokowi saat Pilpres. Menurut Ma'ruf, tiga kartu baru itu melengkapi yang sudah ada.

"Nah kenapa itu tidak disekaliguskan, tentu karena kan harus bertahap. Pelaksanaannya tidak mudah untuk bagaimana mengaplikasikan program-program itu secara lebih tepat," jelas dia.

Capres Jokowi saat pidato di acara konvensi rakyat, mengeluarkan program berupa kartu sembako murah, kartu Indonesia pintar untuk perguruan tinggi, dan kartu pra kerja untuk pelatihan vokasi.

"Saya tingkatkan keterampilan untuk pencari kerja dan korban PHK. Untuk itu saya luncurkan kartu pra kerja," ujar Jokowi dalam pidatonya di konvensi rakyat di Sentul Internasional Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 24 Februari 2019.

Program Kartu Pra Kerja bakal fokus melatih keterampilan individu dan mempersiapkan untuk menghadapi dunia kerja. Tujuannya untuk menciptakan sumber daya manusia premium yang mampu bersaing dalam dan luar negeri.

Jokowi menargetkan 500 ribu orang ikut program ini pada tahun 2019. Tahun berikutnya ditargetkan menjadi 2 juta orang peserta.

"Akan kita luncurkan untuk program vokasi, re-skilling dan up skilling bagi pekerja, yang berganti pekerjaan," kata mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ketahanan Pangan

Selain itu, Ma'ruf Amin juga berjanji bakal mengupayakan pengadaan pangan lebih baik.

"Soal pangan di negara kita ke depan bisa diupayakan lebih baik, karena jenisnya banyak tidak hanya nasi saja yang jadi makanan pokok," kata Ma'ruf.

Ketum MUI itu menyebut Indonesia adalah negara kaya sumber daya alam. Dia menyoroti masyarakat sangat bergantung kepada beras sebagai panganan pokok. Padahal masih banyak sumber lain seperti padi, singkong, dan sagu.

"Yang makan sagu paling hanya di Indonesia timur. Mayoritas cuma makan nasi, sayang sekali loh dengan limpahan pangan kita," katanya.

Ma'ruf ingin ada perbaikan di sektor-sektor pertanian. Dia berharap akan pembinaan terhadap petani supaya kualitas pangan meningkat.

"Walau ada singkong, tapi kadang kualitasnya kurang bagus, petani kita perlu dibina supaya hasil pertaniannya juga bagus," ucapnya.

Pertemuan ulama ini mengawali hari kedua safari politik Ma'ruf di Jawa Barat. Terlihat Ma'ruf didampingi dewan pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Agung Laksono. Serta para ulama dari berbagai wilayah di Kuningan, Jawa Barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya