Visi Misi Jokowi-Ma'ruf Vs Prabowo-Sandi dalam Debat Final Pilpres 2019

Pada segmen pertama dalam debat, kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjabarkan visi misinya masing-masing.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 13 Apr 2019, 21:21 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2019, 21:21 WIB
Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)
Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Debat terakhir Pilpres 2019 sedang digelar malam ini, Sabtu (13/4/2019) di Hotel Sultan, Jakarta. Tema yang diangkat dalam debat pamungkas ini adalah ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta perdagangan dan industri.

Seperti biasa, pada segmen pertama dalam debat, kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjabarkan visi misinya masing-masing.

Penjabaran dimulai oleh paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Saat menjelaskan visi misinya, Prabowo mengatakan, pihaknya menilai bangsa Indonesia saat ini tak berjalan di atas landasan yang diharapkan masyarakat.

Sementara itu, capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi berjanji untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia.

Berikut visi misi Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam debat pamungkas Pilpres 2019 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Prabowo-Sandiaga

Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)
Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan, pihaknya menilai bangsa Indonesia saat ini tak berjalan di atas landasan yang diharapkan masyarakat.

"Kita sekarang dan sudah berjalan lama berada dalam arah yang salah, ini kalau diteruskan tak akan memungkinkan membawa kesejahteraan bagi bangsa Indonesia," ujar Prabowo dalam debat pamungkas Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

Dia mengatakan, apa yang dilakukan pemerintah saat ini telah menyimpang dari cita-cita pendiri bangsa serta apa yang diperintahkan UUD 1945.

"Sangat jelas bahwa kita tak bisa membiarkan kekayaan nasional mengalir keluar negeri, yang diakui pemerintah sekarang, kekayaan mengalir ke luar negeri atau lebih banyak uang di luar daripada di dalam negeri," ujar Prabowo.

Akibatnya, lanjut dia, saat ini pemerintah tak bisa memproduksi dan hanya menerima produksi dari luar. "Untuk itu, Prabowo-Sandi ingin mengubahnya karena menilai bangsa ini telah menyimpang dan tak punya strategi pembangunan," tegas Prabowo.

Sementara itu, Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno menambahkan, dari suara yang didengar saat berkampanye, pihaknya menilai pertumbuhan ekonomi lima persen yang disebutkan pemerintah tak berdampak di kalangan bawah.

"Kami merasa ekonomi harus bertumbuh, lapangan kerja ada, dan memastikan harga bahan pokok terjangkau, sehingga tak membebani masyarakat," ujar Sandi.

Dijelaskannya, dari hasil kunjungan ke 1.500 titik Indonesia, banyak ibu-ibu rumah tangga yang mengeluhkan tingginya sejumlah harga bahan pokok. Bahkan Sandi menyebutkan salah satu nama ibu-ibu rumah tangga yang pernah berbincang dengannya, yakni Nurjanah.

"Kami melihat dan mendengar langsung dari masyarakat bahwa kita perlu kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas," tegasnya.

"Sekarang kami sebut pertumbuhan ekonomi jebakan 5 persen dikeluhkan ibu Nurjanah, ibu itu katakan sekarang pembeli yang datang ke tokonya sepi," tambah Sandiaga.

 

2. Jokowi-Ma'ruf Amin

Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin saat Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin saat Debat Kelima Pilpres 2019. (Liputan6.com)

Capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi berjanji untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia. Hal tersebut diungkapkan dalam debat Capres pamungkas atau kelima yang berlangsung di Hotel Sultan Jakarta.

Jokowi menjelaskan, selama 4,5 tahun dirinya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berusaha keras untuk mengembalikan watak asli dari pembangunan di Indonesia yaitu tidak hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi semata tetapi juga pemerataan.

"Karena pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan menimbulkan ketimpangan. Antara kaya dan miskin, dan ketimpangan antar wilayah yang menyebabkan ketidakadilan," jelas dia, di Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

Oleh sebab itu selama ini pemerintah membangun infrasturktur tidak hanya di Jawa atau Jawa sentris saja tetapi Indonesia sentris. Dengan pembangunan infrasturktur tersebut titk-titik pertumbuhan ekonomi baru bakal tumbuh di luar Jawa baik melalui kawasan industri kecil, kawasan ekonomi khusus dan kawasan pariwisata.

"Kami juga akan memperjuangkan kemandirian ekomopmi Indonesia," kata dia.

Jokowi menyatakan, 4,5 tahun memimpin bangsa Indonesia bersama Jusuf Kalla, telah berusaha mengembalikan watak asli pembangunan Indonesia. Yakni dengan tidak lagi bertumpu pada pembangunan ekonomi semata tapi pada pemerataan.

"Ekonomi tanpa pemerataan adalah ketimpangan, ketimpangan antara kaya dan miskin atau ketimpangan wilayah adalah ketidakadilan," ujar Jokowi.

Jokowi menyatakan, dalam pemerintahannya, pihaknya membangun tidak Jawa sentris tapi Indonesia sentris. Dengan infrastruktur baru, dia ingin ada daerah baru di luar Jawa yang menjadi sentra ekonomi baru.

"Kami ingin perjuangkan kemandirian Indonesia," ujar Jokowi.

Untuk mewujudkan itu, Jokowi menyatakan sumber daya alam strategis harus dikuasai negara. Blok Mahakam, Blok Rokan hingga Freeport harus dikelola negara.

"Kemandirian sangat penting. ekonomi yang adil bisa kesejarahteraan bisa diwujudkan," ujarnya.

Di bidang kesejahteraan sosial, Jokowi menyatakan sudah menyiapkan jurus kartu. Yaitu Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako Murah.

"Ibu-ibu bisa membeli sembako yang sudah di diskon," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya