Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjual rumah, apartemen, atau properti lain, salah satu strategi paling penting adalah memasang iklan. Iklan yang dibuat harus efektif dan tepat sasaran, sehingga mampu menjaring calon pembeli potensial.
Seperti fungsi utamanya, publikasi atau iklan bertujuan untuk meyakinkan konsumen akan kebenaran suatu produk properti, sehingga mereka tertarik memilikinya.
Baca Juga
Nah, apakah Anda sebagai broker atau agen properti pernah mengalami kesulitan saat membuat iklan properti yang sedang dipasarkan? Jika iya, mungkin beberapa tips dari Raymond Gunawan selaku Direktur Marketing ERA Graha ini bisa ditiru.
Advertisement
Online
Saat ini mulai banyak konsumen yang beralih mengunakan media online untuk mencari properti, khususnya lewat smartphone atau mobile device. Untuk itu, mulai sekarang agen properti harus memperkuat marketing secara online.
"Keberadaan portal online khusus jual beli properti di Indonesia saat ini semakin beragam, salah satu yang cukup tenar adalah Rumah.com. Media seperti inilah yang saat ini paling potensial untuk dimanfaatkan dalam memasarkan listing properti," ujar Raymond kepada Rumah.com, seperti ditulis Jumat (11/3/2016).
Portal properti online kebanyakan memiliki fitur member atau anggota, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Besarnya biaya untuk menjadi anggota tergantung fasilitas yang didapat.
Misalnya, jika Anda menjadi member premium, listing Anda akan ditampilkan di posisi teratas dalam urutan pencarian sehingga peluang untuk dilihat pencari rumah semakin besar.
"Entah itu gratis atau berbayar, sebaiknya para broker perlu menjadi member. Dan beriklan di semua portal agar listing Anda bisa dilihat oleh banyak pencari properti," ucap Raymond.
Dalam memasarkan properti via online, Raymond menyebut beberapa panduan yang sebaiknya menjadi bahan catatan para broker.
"Agar konsumen punya gambaran sedikit tentang properti yang Anda jual, sebaiknya lampirkan e-broschure dengan informasi detail di dalamnya. Mencakup lokasi, jumlah kamar dan kamar mandi, luas tanah/luas bangunan, dan harga permintaan," Ia menjelaskan.
"Setelah itu, tambahkan ciri-ciri fisik, fasilitas, dan kondisi rumah. Jangan lupa menyertakan nomor telepon, alamat email, atau alamat situs Anda. Idealnya, panjang deskripsi maksimal 100 kata," imbuhnya.
Tak hanya itu, pemilihan gambar juga sangat efektif dalam menarik minat calon pembeli. Oleh karena itu, Raymond menyarankan untuk broker mem-posting gambar yang yang jelas (tidak blur), bersih, dan menunjukkan sisi terbaik rumah tersebut. Tonjolkan pula ciri khas rumah yang membedakan iklan Anda dengan iklan lain.
"Sekarang zaman sudah serba canggih dan praktis. Ada aksesoris gadget seperti wide lens yang harganya terjangkau dan mudah digunakan untuk memotret properti. Satu lagi, kalau mau iklan properti Anda semakin menarik untuk dilihat calon konsumen, memakai judul dengan teks yang kreatif juga sangat diperbolehkan. Contoh, `Rumah Cantik Harga Menarik’," ujar dia seraya tertawa.
Offline
Kendati publikasi secara online lebih mendominasi, bukan berarti iklan offline diabaikan begitu saja. Di mata Raymond, mengiklankan properti secara offline hingga kini masih terbukti ampuh.
"Dari analisa saya, masing-masing kawasan itu rupanya cukup mempengaruhi kriteria konsumen hingga responnya. Di Pondok Indah, sebagian konsumen ternyata lebih tertarik dengan iklan yang dilakukan via offline seperti spanduk, dibanding mencari lewat situs online," ujar Raymond.
"Saat mereka menghubungi saya, mereka bilang tahu infonya lewat spanduk yang dipasang di jalan, bukan melalui iklan yang saya posting di portal online properti," tambah dia.
Jenis publikasi offline yang saat ini masih familiar dan mampu memikat hati calon konsumen adalah spanduk, brosur, lalu koran. Saat hendak menyusun teks dalam spanduk, sebaiknya broker menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan properti yang akan dipasarkan.
Pada brosur, pilih kata-kata yang dapat menarik perhatian pembeli. Sedangkan untuk koran, lebih baik memaksimalkan kalimat yang jelas, singkat, dan padat.
Lantas di manakah posisi terbaik untuk beriklan properti via offline? Raymond menyebut majalah komunitas atau kawasan, dan buletin hingga kini masih cukup efektif.
"Kalau spanduk letaknya masih pada umumnya saja, yakni di jalan atau tiang listrik. Akan tetapi kalau posisi rumah atau tanah yang dipasarkan berada jauh dari jalan utama, baiknya diberi sign atau petunjuk jalan," tambah dia.
"Untuk brosur, saya lebih menyarankan sistem direct dengan membagikan ke rumah-rumah di kawasan sekitar listing saya. Jika rumah sedang tak berpenghuni, biasanya saya masukkan brosur ke kotak pos," ujar Raymond. (Fathia A/Ahm)
Foto: Fathia Azkia