Liputan6.com, Jakarta Mahalnya apartemen dan tempat tinggal di kota-kota besar telah menjadi permasalahan global. Di hampir semua kota besar di banyak negara, mulai dari negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat, hingga negara berkembang seperti India dan Indonesia, tempat tinggal dengan harga yang tak terjangkau oleh banyak orang telah menjadi fenomena umum.
Kondisi ini menimbulkan apa yang biasa disebut sebagai “krisis tempat tinggal murah”. Terlebih untuk orang-orang muda yang baru mulai bekerja, mendapatkan tempat tinggal yang layak saat ini rasanya amat berat. Permasalahan ini telah mengundang para arsitek untuk memikirkan rancangan-rancangan perumahan murah.
Tapi bukan hanya para arsitek yang disibukkan oleh langkanya tempat tinggal terjangkau di kota-kota besar. Beberapa waktu lalu, Peter Berkowitz, seorang ilustrator di San Francisco, muncul di halaman beberapa media berkat idenya membangun sleeping pod alias “kapsul tidur” untuk mengakali sewa apartemen yang tidak terjangkau.
Advertisement
Seperti dilansir dari Rumah.com, Peter membangun kapsul tidurnya dari bahan-bahan kayu dan tripleks. Kapsul berukuran 2,4 meter x 1 meter x 1,4 meter ini ditempatkan di dalam ruang apartemen temannya. Dengan kata lain, kapsul tersebut berguna sebagai “kamar” di dalam “kamar”.
Bagian terbesar dari kapsul Peter dipergunakan untuk tempat tidur. Bagian headboard-nya dirancang supaya dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan, sementara di bagian atasnya dilengkapi dengan rak kecil untuk meletakkan barang-barang seperti buku. Di bagian ini juga dibikin jendela kecil yang dapat dibuka dan ditutup. Untuk penerangan di malam hari, Peter memanfaatkan lampu-lampu LED.
Namun demikian, Peter sadar bahwa kapsul tidurnya tidak boleh sekadar memakan tempat dan mengokupansi sebagian ruang di dalam apartemen temannya. Oleh karena itu, ia berupaya membuat kapsul tersebut lebih terintegrasi dengan interior apartemen tersebut, dan lebih fungsional.
Peter mengungkapkan bahwa ia berencana membuat rak buku pada bagian sisi samping atau sisi atas kapsulnya. Ia juga mempertimbangkan kemungkinan menjadikan kapsul tersebut bagian dari satu set meja makan. Dengan begitu, kapsul tidurnya tidak hanya makan tempat, tapi juga akan menambah kualitas apartemen yang ditempatinya sebagai ruang tinggal.
Peter mengaku memeroleh ide untuk membuat kapsul tidur itu dari temannya yang kerap mendirikan tenda kemah di tengah-tengah ruang apartemennya. Ia percaya bahwa inovasinya ini akan dapat membantu banyak orang menghadapi permasalahan mahalnya tempat tinggal.
“Jika kapsul ini bisa menjadi cara yang asyik untuk menambahkan kamar tidur ke dalam apartemen, saya pikir ini akan membantu banyak orang,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, orang-orang dengan tempat ekstra yang ingin menyewakan sebagian tempatnya, orang-orang yang mencari tempat tinggal murah dan sederhana, atau orang-orang yang menginginkan tempat tidur ekstra supaya temannya bisa tinggal bersamanya, semua ini akan diuntungkan dengan kapsul tidur.
Astrid Septriana