Liputan6.com, Jakarta Sidoarjo merupakan satu dari penyangga utama Kota Surabaya. Lokasinya berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik bagian Utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, dan Kabupaten Mojokerto di Barat.
Kabupaten ini juga bisa dikatakan sebagai daerah yang mengalami perkembangan pesat. Sektor pendukung daerah ini antara lain industri, perdagangan, pariwisata, usaha kecil menengah, dan pembangunan perumahan.
Di tahun 2014 Sidoarjo pernah memperoleh pendapatan nasional sebesar Rp800 miliar. Kendati pertumbuhan itu terbilang fluktuatif, namun seiring harapan untuk meningkatkan perekonomian bisnis skala nasional dan internasional, pemerintah setempat sengaja menggenjot pembangunan infrastruktur di tahun 2016.
Advertisement
Bambang A. Muljadi selaku general manager PT. Bangun Papan Selaras mengatakan, kondisi pembangunan infrastruktur di Sidoarjo sudah mulai baik, khususnya untuk jalan yang menjadi akses kota.
“Jika dahulu Jalan Kemangsen yang menjadi akses menuju Perumahan Bumi Papan Selaras hanya sepanjang 1,1 kilometer, sekarang sudah ada peningkatan sekitar 300 meter. Selain itu, sudah terlihat akses jalan-jalan baru sehingga ini akan memudahkan masyarakat untuk menuju kota,”Kata Bambang dikutip dari Rumah.com, Senin (18/7/2016).
Menurut Bambang, bila dukungan pembangunan infrastruktur ini tetap dipertahankan, sangat besar kemungkinan akan mendongkrak penjualan properti di sana.
Berbicara perkembangan properti di Sidoarjo, Bambang sempat menceritakan bagaimana karakteristik penjualan properti (perumahan) hingga pertengahan tahun 2016 ini.
Kendati Sidoarjo lebih dikenal sebagai wilayah bencana lumpur, ternyata itu tidak membuat reputasi tempat tinggal wilayah ini ikut terpuruk. Kebutuhan rumah masih tetap primer, khususnya bagi mereka pengguna (end user).
Perumahan Bumi Papan Selaras, satu dari proyek perumahan dari PT. Bangun Papan Selaras ini mengalami peningkatan penjualan untuk tipe di bawah 50/105. Terhitung dari tahun 2014 hingga pertengahan 2016, seluruh unit rumah sejumlah 44 unit terjual habis.
“Harga untuk unit tersebut kami banderol sebesar Rp376,5 juta – Rp412 juta. Semula, kami menawarkan berbagai tipe termasuk tipe besar (60/128 dan 80/135). Tapi ternyata, pasar lebih tertarik dengan tipe di bawah 50/105 karena sebuah pertimbangan,” kata Bambang.
Bambang memaparkan, pertimbangan utama dikarenakan regulasi dari pihak bank yang menyulitkan bagi konsumen.
Baca juga: Panduan Cerdas Membeli Rumah secara KPR
“Pihak bank saat ini, hanya mengedepankan hitung-hitung secara untung-rugi dari penghasilan konsumen yang pay roll pendapatannya tercatat pada pihak bank saja. Artinya, aturan pengecekan dari slip gaji seakan sudah tidak berlaku lagi,” katanya.
Ia juga menambahkan, pengakuan pihak bank kepada konsumen yang bermodalkan slip gaji hanya sebesar 80%. Berbeda dengan konsumen yang payroll pendapatannya tercatat pada bank yang bisa mendapatkan kepecayaan sebesar 100%.
“Padahal, kan proses penerimaan KPR oleh bank kan ditentukan oleh pinsip 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition). Artinya, dengan 5C tadi, setidaknya pihak bank masih memiliki indikator lain yang tidak hanya syarat payroll yang tercatat oleh pihak bank pemberi kredit,” tutur Bambang.
Karena adanya kondisi tersebut, alhasil menurut Bambang, konsumen menurunkan standar pemilihan rumah yang hanya dinilai layak oleh pihak bank saja. Hal itu, akan berdampak pada pembangunan rumah-rumah besar dengan tipe 80m2 yang dipatok seharga Rp700 juta ke atas.
Hal senada juga disampaikan Leonard Laorens, agen properti Brighton yang mengatakan bahwa ketertarikan konsumen terhadap rumah seharga Rp400 juta – Rp600 juta.
Menurut Leonard, dalam membidik rumah sangat berkaitan dengan lokasi rumah itu sendiri. Perumahan besar dan ternama biasanya berada di pusat kota yang dekat dengan tol masuk. Perumahan yang dimaksud antara lain Citra Garden, Pondok Mutiara, Pondok Jati, dan Pondok Pinang.
“Rumah-rumah tersebut berkisar Rp500 juta – Rp5 miliar. Harga yang tinggi menjadi sangat wajar, karena Sidoarjo ini kan sebagai penyangga Kota Surabaya. Untuk itu, akses tol kota menjadi pertimbangan penting,” kata Leonard.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain yang posisi lokasinya berada di pinggir, juga tidak sepi peminat. Hal ini dikarenakan daya beli konsumen yang ditentukan oleh pihak bank.
“Memang dari persetujuan oleh pihak bank tidak cukup mudah. Namun, kendala tersebut tidak menjadi penghambat. Sebab, di pengembang di Sidorajo banyak yang memberikan kemudahan pembayaran sebagai media promosi. Dan itu, yang tidak dilakukan oleh kebanyakan pengembang yang menawarkan rumah dengan tipe besar,” ucapnya.
Feature picture: Perumahan Bumi Papan Selaras