Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dikabarkan memiliki rumah yang mahal di New York, Amerika Serikat.
New York sendiri merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat yang luas area keseluruhannya sebesar 141.300km2 dengan jumlah populasi paling padat se-Amerika Serikat, yakni 19.795.791 jiwa.
Wilayah yang juga dijuluki sebagai “The Big Apple” ini terkenal sebagai pusat kota metropolitan dunia yang merupakan pusat perdagangan, keuangan, fesyen, teknologi, pendidikan, dan didukung sistem kesehatan yang baik.
Advertisement
Sejumlah kota yang cukup popular di wilayah tersebut antara lain Manhattan, Bronx, Brooklyn, Queens, dan Staten Island, yang juga dikenal sebagai tempat diplomasi internasional. Jadi, tidak heran bila Hillary Clinton dan sang suami, Bill Clinton, memutuskan untuk menempati rumah di kawasan Chappaqua, New York.
Baca Juga
Meskipun jarak rumah Hillary terpaut 56 kilometer dari pusat kota, daerah tersebut terbilang paling mahal, dengan harga rumah berkisar Rp1,6 Miliar per meter persegi. Selain Chappaqua, wilayah lain seperti di Manhattan dan Brooklyn juga terdaftar sebagai wilayah yang menawarkan harga sewa yang sangat tinggi.
Seperti dilansir dari laman Rumah.com, menurut REIS Research harga sewa di wilayah tersebut bisa mencapai USD 3.017 atau bila dikonversi dalam kurs Rupiah, setara dengan Rp39,1 Juta (dengan asumsi USD 1 sama dengan Rp12.987).
Maka tidak heran, bila New York menyandang sebagai predikat kota paling mahal di dunial versi telegraph.co.uk. Kendati menawarkan harga sewa yang sangat tinggi, New York masih menjadi lokasi paling prestis bagi banyak investor untuk memiliki properti di lokasi tersebut.
Lalu pertanyaanya, mengapa harga sewa di sana sangat tinggi? setidaknya terdapat 7 alasan mengapa New York menjadi wilayah paling mahal di dunia?
Faktor geografis, di New York lahan terbatas.
Alasan pertama, mungkin bisa dikatakan sebagai takdir Tuhan yang tak bisa diganggu gugat. Faktor geografis.
Meski dikatakan sebagai pusat kota Metropolitan, New York memiliki pemandangan yang super indah, menghadap Lower Bay (Pantai Lower). Sehingga bila dibangun beberapa gedung baik perkantoran, hotel, ataupun apartemen akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang hendak tinggal.
Kemudian, karena faktor geografis tersebut, hingga pada akhirnya banyak yang tertarik tinggal di sana dan membuat lahan semakin terbatas. Dan bentuk properti di New York mayoritas merupakan high rise.
2. Adanya pengaturan zonasi yang menghambat
Banyaknya demand (permintaan) mendorong pemerintah Perencanaan Kota New York membuat zonasi untuk mengatur seluruh supply (penawaran) berupa bangunan vertikal.
Jika dilihat dari peta zonasi tersebut, seluruh bangunan amatlah padat. Misalnya, seperti peta East Village – Manhattan berada di zonasi R7A dan R8B yang memiliki Rasio Lantai Area (FAR) sekitar 1.200-an meter persegi.
Semakin kecil luasan bangunan, maka semakin mahal harga sewa yang ditawarkan. Berbeda bila dalam satu wilayah terdapat 3 atau 5 tower, harga sewa bisa diprediksi akan lebih rendah.
Advertisement
Adanya kontrol harga sewa
Persaingan properti di New York sejatinya, menjadi pertarungan yang sengit baik bagi pemilik tanah maupun pemegang hak guna bangunan. Keduanya sama-sama ingin meraih keuntungan. Sehingga imbasnya kepada penentuan harga sewa yang dinilai terlalu dikontrol oleh pemilik tanah.
Katakanlah pemilik unit kondotel di Manhattan hendak menyewakan propertinya, namun ternyata di lain pihak pemilik lahan kondotel tersebut ikut menentukan harga sewa yang disebut sebagai ‘harga kewajaran’.
Alasan itulah yang membuat harga sewa properti menembus titik penawaran harga yang super fantastis.
4. Pajak properti yang sangat tinggi
New York menjadi wilayah dengan pajak paling tinggi di antara negara bagian di Amerika Serikat. Dilansir dari situs nyc.gov, besaran pajak bervariasi sesuai dengan kelas konsumen masing-masing, yakni berkisar 10,57% – 19,9%.
Tingginya biaya konstruksi
Biaya konstruksi yang lebih tinggi berarti harga sewa juga lebih tinggi. Selain itu, harga upah di New York cukup tinggi untuk semua jenis pekerja, termasuk pekerja konstruksi. Ditambah, banyak perusahaan konstruksi New York tidak memiliki banyak area yang dapat menyimpan alat-alat berat dan material bangunan.
6. Minimnya lahan parkir
Alasan selanjutnya adalah minimnya lahan parkir untuk setiap properti di New York. Bahkan, hanya sedikit yang memiliki area parkir pada basement. Jika ada, tentu saja penghuni harus rela merogoh kocek tinggi selama mereka tinggal di sana.
Advertisement
Karakter penyewa yang sulit berpindah
Terakhir adalah karakteristik penyewa yang sulit berpindah. Artinya, penyewa biasanya akan tinggal dalam jangka waktu yang lama.
Sehingga, bagi pemilik properti, tentu akan menyiasati dengan meninggikan harga sewa di awal pembayaran, dibandingkan harus menaikan harga sewa pada waktu-waktu tertentu.